“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Roma 14:17)
Sukacita adalah faktor internal seseorang, maka tidak seharusnya ia dipengaruhi oleh factor-faktor atau hal-hal yang ada di luar. Kalau sukacita seseorang didasarkan oleh hal-hal yang dari luar, sukacita itu akan mudah berubah tergantung sikon. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika menasehati, “Bersukacitalah senantiasa.” (1 Tesalonika 5:16), artinya sukacita di segala keadaan tidak dipengaruhi oleh apa pun. Sukacita itu adalah sebuah keputusan. Kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap bersukacita atau sebaliknya, tidak bisa bersukacita di segala keadaan.
Firman di atas menyatakan bahwa Kerajaan Allah bukan berbicara soal makanan dan minuman (berkat jasmani); Kerajaan Allah itu bersifat rohani. Jadi kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita itu merupakan berkat rohani. Ketiga berkat rohani tersebut diberikan oleh Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Karena itu di dalam diri orang percaya seharusnya ada sukacita yang senantiasa terpancar dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita! Mengapa? Dalam Lukas pasal 15 Tuhan Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan: domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang. Kita patut bersukacita karena kita sebelumnya adalah seperti domba yang sesat dan terhilang, tetapi sekarang telah dibawa kembali oleh gembala yang balik ke dalam kandang-Nya yang aman, kita sebelumnya seperti dirham yang telah hilang, tetapi sekarang telah di dapat kembali; kita sebelumnya seperti anak yang terhilang, yang hampir saja mati kelaparan, kini telah kembali ke rumah Bapa yang berlimpah dengan kasih setia. Kita patut bersukacita karena dosa-dosa kita telah diampuni-Nya. Sakit-penyakit kita disembuhkan-Nya dan kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terang-Nya yang ajaib.
Tuhan adalah sumber sukacita kita, sukacita yang mulia dan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, itulah yang menjadi kekuatan kita.
“Sesuram apa pun situasi yang ada di sekitar kita seharusnya tidak mempengaruhi suasana hati kita, karena sukacita kita bersumber pada Roh Kudus!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar