Halaman

Rabu, 05 November 2014

DOSA PERCABULAN



“Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.” (1 Korintus 10:8)

Perbuatan yang diperbuat oleh umat Israel yang membuat Tuhan marah adalah karena “mereka melakukan percabulan”. Jika memperhatikan situasi-situasi dewasa ini, percabulan atau dosa seksual banyak sekali terjadi dan kian mengalami peningkatan, baik ditinjau dari si pelaku maupun korbannya. Meski di tiap-tiap Negara ada undang-undang yang mengatur tentang pornografi, godaan melakukan percabulan dan tindakan pornoaksi tidaklantas hilang begitu saja dalam masyarakat. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini di mana teknologi semakin canggih dan mutakhir, orang dengan mudahnya mendapatkan informasi tentang hal-hal negative yang berbau pornografi, entah itu lewat film ataupun internet. Akibatnya banyak orang terjerat di dalamnya dan timbul dorongan untuk melakukan seperti yang telah mereka lihat. Dosa jenis ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia tapi harus diakui ada banyak anak Tuhan yang terjerat dan jatuh di dalam tipu muslihat iblis ini.
Kita masih ingat kasus yang terjadi dan mencuat menjadi headline di media-media beberapa waktu lalu dan menjadi perbincangan nasional yaitu kasus pelecehan seksual dan percabulan yang dialami oleh anak-anak dibawah umur, siswa-siswa playgroup/TK di salah satu lembaga pendidikan ternama dan bertaraf internasional di Jakarta. Anak-anak yang masih polos dan memiliki masa depan sangat panjang, yang seharusnya mendapat perhatian, kasih sayang, dan perlindungan, justru harus mengalami peristiwa yang menyisakan trauma dalam hidupnya karena menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Tragis sekali!
Dosa percabulan dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan menimpa siapa saja tanpa mengenal usia. Bahkan tanpa di sadari mungkin kita sendiri telah melakukan percabulan meskipun tidak terjadi secara vulgar karena dosa percabulan bisa timbul melalui ucapan kita, pikiran, hati dan juga perbuatan kita. Jadi dari dalam hati bisa timbul dosa percabulan, perzinahan dan jenis-jenis kejahatan lainnya “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Matius 15:19). Tidak ada tempat di dunia yang sanggup melindungi dan memberikan jaminan keamanan kepada kita, Dialah tempat perlindungan sejati!
“Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!” (1 Korintus 6:15)
Rasul Paulus memperingatkan dengan keras jemaat di Korintus perihal dosa percabulan ini. Ditambahkan, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." (1 Korintus 6:16). Dari ayat ini rasul Paulus hendak mengingatkan bahwa dosa percabulan itu bukanlah dosa yang sifatnya pasif, yang dapat dilakukan dengan alasan tidak sengaja atau karena khilaf, tetapi merupakan dosa yang aktif, yang terjadi oleh karena seseorang telah mengikatkan diri dan menyerahkan diri terhadapnya. Berhati-hatilah! Jika tidak bisa mengendalikan hawa nafsu kita maka hawa nafsu itu akan mengendalikan kita. Karena itu kita harus bersikap tegas untuk menolak segala godaan yang ada.
Yusuf adalah contoh orang muda yang tidak membiarkan dirinya jatuh ke dalam dosa percabulan, ketika isteri Potifar menggoda dan merayunya, “marilah tidur dengan aku”, Yusuf dengan tegas menolak ajakan wanita itu dan memilih untuk lari: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:7-12). Perhatikan pula nasib Simson! Seorang yang diurapi Tuhan dan dipakai Tuhan secara luar biasa harus mengalami akhir hidup yang begitu tragis, karena ketidakmampuannya untuk menahan hawa nafsa dan segala godaan yang ditunjukkan kepadanya, sehingga ia pun jatuh dalam dosa percabulan.
Bersikap tegas dan tidak berkompromi adalah kunci untuk menolak segala hal yang membangkitkan hawa nafsu. Jangan sedikit pun memberi celah kepada iblis melalui situasi dan kondisi yang kita ciptakan sendiri, karena “…tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” (Yakobus 1:14). Tanpa pertolongan Roh Kudus kita tidak mampu menang terhadap daging kita, karena itu bangun persekutuan yang karib dengan Tuhan senantiasa.
“Untuk melepaskan diri dari dosa percabulan harus punya tekad kuat menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau cabul, dan mengikatkan diri kepada Tuhan.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar