Halaman

Senin, 20 April 2015

MENIKMATI MASALAH

“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12:11)

Masalah bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia. Baik itu bagi orang yang percaya maupun yang tidak percaya. Banyak orang menganggap bahwa masalah adalah salah satu penghalang mendapatkan kebahagian. Seringkali orang mengatakan “Bagaimana bisa saya mengalami kebahagian kalau masalah terus datang silih berganti dalam hidupku?” hal ini sangatlah wajar.
Firman Tuhan di atas juga menyetujui bahwa “memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.” Jika firman Tuhan mengatakan bahwa memang benar orang akan berdukacita saat menghadapi permasalahan hidup. Kita tidak perlu membohongi diri untuk terus tersenyum ketika menghadapi masalah. Hal itu tidak ada gunanya. Namun bukan berarti bahwa kita harus berdukacita saat kita menghadapi masalah. Ada beberapa hal yang harus kita mengerti tentang masalah hidup. Masalah dan penderitaan itu sangatlah baik bagi kehidupan rohani kita. Masalah itu seperti seorang pelatih yang baik bagi kita. Masalah itu melatih kita supaya menjadi pribadi yang kuat. “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12:1). Jelas dikatakan bahwa kita wajib mengikuti perlombaan. Bagaimana mungkin kita dapat mengikuti perlombaan jika tubuh kita tidak terlatih? Jadi, ketika kita mengalami masalah dan penderitaan, anggaplah hal itu sebagai latihan. Kita harus berlatih bagaimana kita menyikapi masalah tersebut.
Dalam firman Tuhan hari ini menguatkan setiap kita, bahwa ketika kita berhasil melewati setiap masalah, kita akan menghasilkan buah kebenaran yang membuat kita bisa mengalami yang namanya damai sejahtera dan kebahagian. Anggaplah masalah sebagai pelatih terbaik bagi kita dan percayalah, ketika kita berhasil melewati masalah, kita akan mengalami kebahagian itu.
“Jadi, nikmatilah setiap masalah yang ada bersama Tuhan, dan jadilah pemenang.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

BANYAK DIBERKATI MAKA BANYAK MEMBERKATI

“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka,” 
(2 Korintus 8:14)

Tuhan berkata, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10). Jelaslah bahwa pekerjaan iblis adalah mencuri, membunuh, membinasakan. Sedangkan Tuhan adalah pemberi: memberi kehidupan dan kelimpahan; Ia tidak pernah setengah-setengah dalam memberi. “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19). Tuhan sangat bermurah hati memberi supaya anak-anak-Nya hidup berkelimpahan.
Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak perlu takut menjadi kaya, sebab hidup berkelimpahan adalah Alkitabiah. Tetapi yang harus dijaga adalah sikap hati sehingga mampu mengelola berkat Tuhan itu secara benar, sebab kita ini hanyalah pengelola berkat. Segala sesuatu adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita, Dia adalah pemilik. Mengapa ini perlu dipertegas? Sebab banyak sekali orang jatuh dalam dosa justru saat berkelimpahan. Kekayaan membuat mereka lupa diri dan hidup menjauh dari Tuhan. Agur bin Yake, salah satu penulis kitab Amsal menulis, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” (Amsal 30:8-9). 
Tuhan pasti memiliki tujuan di balik berkat yang Ia limpahkan. Pada waktu Tuhan menyampaikan perjanjian berkat-Nya kepada Abraham Dia berkata, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kejadian 12:2). Tuhan memberkati Abraham supaya semua bangsa di bumi ini mendapatkan berkat. Jadi, Tuhan memberkati kita bukan untuk dinikmati sendiri dan menjadi terkenal, tapi Tuhan rindu supaya bangsa-bangsa lain diberkati melalui umat perjanjian-Nya. Dengan memiliki standar hidup yang lebih baik Tuhan mau semakin meningkat pula standar pemberian kita kepada orang lain.
“Semakin diberkati Tuhan haruslah semakin bertambah kemampuan kita memberkati orang lain, sehingga nama Tuhan juga semakin dipermuliakan!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

TUHAN TAK PERNAH SALAH

"Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu;” (Keluaran 14:13)
Ada yang mengatakan ketika kita mengikuti Tuhan, jalan pasti lurus dan tidak menemui hambatan. Nyatanya yang terjadi sering kali justru sebaliknya. Perjalanan kita malah terasa rumit. Kita tidak sabar jika harus menunggu dan berharap dan tetap percaya di tengah persoalan pelik yang membelit kita. Mengapa jalan Tuhan sering tidak seperti yang kita inginkan?
Melalui pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa “tuntunan-Nya tidak pernah salah.” Sekalipun bangsa Israel dituntun Tuhan menuju Laut Teberau yang bagi mereka “bukan jalan keluar”, tapi itulah jalan yang Tuhan kehendaki. “Mereka harus menyeberanginya!” kata Tuhan. Bayangkan, apa yang ada dalam benak mereka ketik melihat laut itu di depan mata, sedangkan tentara Mesir mengejar di belakang mereka? Mereka sangat ketakutan dan mempersalahkan Musa “Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:10-12). Perlu waktu sebelum mereka sadar bahwa Tuhan ingin menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya, yang lebih dahsyat daripada kemegahan dan kekuatan tentara Mesir “Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." (Keluaran 14:18). Ya, jalan Tuhan itu indah pada waktu-Nya.
Untuk menguji hati kita, kadang Tuhan menghadirkan tantangan di dalam perjalanan hidup kita. Itulah salah satu maksud Tuhan membawa umat-Nya hingga Laut Teberau dan terdesak! Pada saat badai masalah menghadang kita, apakah kita tetap percaya bahwaDia selalu menyertai hidup kita? Kita mungkin tidak memahami jalan-Nya, tetapi kita dapat percaya bahwa jalan-jalan-Nya tidak pernah salah.
“Tuhan selalu menuntun kita di jalan yang benar sekalipun kita mungkin mengaggapnya salah.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

MARI MENABUR DI LADANG KEHIDUPAN

“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” (Yakobus 1:17)

Setiap orang mempunyai “ladang-ladang” dalam kehidupannya masing-masing, artinya setiap kita memiliki kesempatan yang sama untuk menabur sebanyak-banyaknya hingga pada saatnya kita akan menuai sesuai dengan apa yang kita tabur. Karena itu “Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.” (Pengkhotbah 11:6).
Sudahkah kita menggarap ladang kita dengan sungguh-sungguh ataukah kita biarkan terbengkalai dan ditumbuhi ilalang, semak berduri dan rerumputan? Selagi ada waktu dan kesempatan jangan malas menggarap ladang kita. Mari mengerjakan ladang kita secara maksimal “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” (Pengkhotbah 9:10). Benih apa saja yang sudah kita tabur dan tanam di ladang kehidupan kita? Jika yang kita tanam adalah benih kejujuran, kita akan menuai berkat-berkat Tuhan. “…siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Mazmur 50: 23b). Tuhan bergaul erat dengan orang yang jujur “…dengan orang jujur Ia bergaul erat.” (Amsal 3:32). Ketika kita menabur kesetiaan, maka kita akan menuai sebuah kepercayaan. Karena itu kerjakanlah segala sesuatu dengan setia, sebab kesetiaan dengan perkara kecil adalah pintu gerbang menuju perkara yang lebih besar. Terhadap orang yang setia Tuhan berkata, “…hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.” (Matius 25:23).
Apabila kita menabur buah ketekunan dalam hal apapun yang seharusnya kita kerjakan, pada saat yang tepat kita akan menuai upahnya. Tertulis “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:36).
“Benih apa yang kita tabur di ladang, akan menetukan tuaian kita!
“Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pengkhotbah 11:4).
Keberadaan kita di dunia ini bukan untuk selamanya, tapi terbatas waktunya. Mari kita pergunakan untuk mengerjakan perkara-perkara yang baik dan berguna, sebab ketika kita menabur kemurahan hati, kasih dan empati, kelak kita akan menuai kebaikan, sebab “Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,” (Amsal 11:17a).
Bila kita rindu diberkati Tuhan dengan, “…kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Amsal 22:4), mari taburlah benih hati takut akan Tuhan dan kerendahan hati. Firman Tuhan menegaskan, “Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,” (Amsal 14:23). Yakinlah bahwa harga yang kita bayar untuk semua itu tidak akan pernah sia-sia! Sebaliknya bila yang kita tabur adalah benih-benih yang buruk dan tidak berkualitas, jangan menyalahkan orang lain apalagi sampai menyalahkan Tuhan ketika hal-hal buruk pula yang menghampiri kita. “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8). Banyak pula di antara kita yang menunda-nunda waktu untuk menabur atau bahkan tidak mau menabur dengan berbagai alasan. Sama artinya kita ini orang yang malas. Kemalasan adalah salah satu hal yang membedakan orang berhasi dari orang gagal. Kelambanan dan kemalasan merupakan penyebab dari banyak kegagalan, sebab orang yang malas suka sekali menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada. “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.” (Amsal 20:4).
Mungkin saat menabur kita akan merasakan sakit yang tak terperi, tidak dianggap oleh orang lain, dan sepertinya sia-sia apa yang telah kita perbuat. Perasaan yang sama juga pernah dirasakan oleh pemazmur, “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.” (Mazmur 73:13-14). Tetapi Tuhan memberikan janji-Nya yang indah.
“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.” (Mazmur 126:5).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

MEMBALAS KASIH TUHAN. MELAKUKAN PERINTAH-NYA

“Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mazmur 116:12)

Sebelum memasuki hari baru ini mari renungkan sejenak kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidup Saudara? Berapa kali Tuhan menyembuhkan Saudara? Berapa kali Saudara akan jatuh tetapi tangan Tuhan menopang Saudara? Berapa kali Tuhan menjawab doa-doa Saudara? Jawabnya: tak terhitung. Sampai kapan pun kita tak akan sanggup menghitung kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita, seperti lagu “Kasih Tuhan” yang dinyanyikan oleh Maria Shandy; “Bagaikan langit yang membentang begitu luas kasih Tuhan, tiada terhitung pertolongan-Mu dalam hidupku. Bagaikan dalamnya samudra begitu dalam kasih Tuhan, tiada terhitung kesetiaan-Mu dalam hidupku”.
Setelah mengalami begitu banyak kebaikan dan kemurahan Tuhan, adakah dalam hati kita timbul pertanyaan: “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?”. Cukupkah kita hanya mengucap syukur kepada Tuhan lewat bibir atau ucapan saja tanpa melakukan sesuatu sebagai wujud respons kita atas kebaikan-Nya? Rasul Paulus menasihatkan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:5). Apa yang ada di dalam pikiran Tuhan Yesus? Pikiran Tuhan Yesus dipenuhi keinginan dan kerinduan-Nya untuk senantiasa menyenangkan hati Bapa. Tuhan Yesus menyenangkan hati Bapa melalui ketaatan-Nya melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:43). Karena itu, “….dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8). Bukti nyata ketaatan Tuhan Yesus adalah Ia rela memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang melalui kematian-Nya di atas kayu salib.
Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita menaati firman-Nya dengan sepenuh hati. Ketika kita taat artinya kita mengasihi Tuhan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15).
“Sudahkah kita membalas kebaikan Tuhan melalui ketaatan kita?
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

MARIA, BEROLEH KASIH KARUNIA

“Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." (Lukas `1:28)

Bagaimana reaksi Saudara ketika tiba-tiba ditegur dan disapa oleh orang asing atau seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya? Tentunya kita pasti akan terkejut, bertanya-tanya dalam hati, atau mungkin juga takut. Perasaan demikian juga dirasakan oleh Maria, apalagi yang menyapanya bukan sembarang orang, melainkan seorang malaikat yang adalah utusan dari sorga yang bernama Gabriel. Wajarlah jika Maria sangat terkejut mendengar sapaan dari malaikat tersebut.
Malaikat Gabriel menjelaskan kedatangannya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” (Lukas 1:30). Kedatangan malaikat Gabriel bukan tanpa maksud, tapi ia membawa kabar sukacita dari sorga, karena Maria beroleh kasih karunia dari Allah. Allah memakai hidup Maria untuk menyatakan kasih karunia-Nya kepada umat manusia. Kasih karunia ini berkenaan dengan keselamatan, sesuatu yang diberikan Allah secara Cuma-Cuma melalui diri Yesus Kristus. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:16-17). Tak seorang pun manusia dapat menyelamatkan dirinya dari dosa selain oleh kasih karunia Allah, sebagaimana ditegaskan rasul Paulus bahwa “…karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9).
Dengan kasih karunia ini bukan berarti kita dapat hidup sekehendak hati kita dan tetap berkompromi dengan dosa, melainkan kita harus mengerjakan keselamatan yang telah kita terima itu dengan takut dan gentar “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,” (Filipi 2:12), sebab dengan kasih karunia yang telah kita terima ini setiap kita yang ada di dalam Kristus adalah “manusia-manusia baru”, artinya kehidupan manusia lama harus benar-benar kita tinggalkan.
“Melalui Yesus Kristus kita beroleh kasih karunia dan diselamatkan!
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

KETIKA HIDUP DIWARNAI KEKUATIRAN

“Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55:23)

Tak bisa dipungkiri, Indonesia saat ini dipenuhi berbagai gejolak di segala aspek kehidupan. Semua orang tanpa terkecuali merasakan dampak dari situasi yang ada. Namun tidak seharusnya hal ini mengejutkan kita orang percaya, sebab Alkitab menyatakan bahwa menjelang kedatangan Tuhan kali kedua akan datang masa-masa yang sukar yang merupakan masa yang sangat menentukan bagi perjalanan kekristenan kita.
Masa-masa yang sukar adalah masa ujian bagi kita, masa pemurnian iman, masa penentuan apakah kita terus melangkah atau mengalami kemunduran rohani. “sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.” (1 Korintus 3:13-14). Menghadapi situasi berat ini banyak orang berkata, hal ini pun seringkali kita jadikan dalih ketika kita sedang merasa kuatir. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Matius 6:27). Satu hasta itu digambarkan seperti jarak antara siku sampai ujung jari seseorang, yang secara rata-rata sekitar 45 cm. suatu ukurang yang relative pendek; meski demikian, tak seorang pun manusia dapat menambah panjang langkah hidupnya. Adakah orang yang karena kekuatirannya dapat menambah sehari saja umur hidupnya? Sebaliknya menurut kedokteran, kekuatiran justru sangat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia, bahkan bisa memperpendek umur seseorang. “Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,” (Amsal 12:25).
Kekuatiran tidak dapat menyelesaikan persoalan, malahan menambah beban hidup kita, menguras energy dan pikiran, serta membuang waktu kita secara percuma.
“Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Matius 6:25), sebab “….Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Roma 14:17).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

TUHAN YESUS TELADAN UTAMA KETAATAN

"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42)

Rasul Paulus dalam suratnya menulis “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain setiap orang percaya wajib hidup dalam ketaatan dengan menempatkan Tuhan Yesus sebagai teladan utama. Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34), bahkan “….dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8).
Hidup meneladani Kristus berarti: memiliki hati seperti-Nya yang dipenuhi belas kasihan; berpikir secara Kristus berpikir, sebagaimana rasul Paulus berkata, “Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” (1 Korintus 2:16); mengasihi sama seperti Kristus mengasihi, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35); melayani seperti Kristus melayani jiwa-jiwa; taat kepada kehendak-Nya sebagaimana Kristus taat kepada kehendak Bapa dengan berkata, “…bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Dalam mengarungi bahtera kehidupan ini setiap detik, setiap menit, setiap jam kita selalu dahadapkan pada pilihan-pilihan. Tak bisa dipungkiri, dalam kondisi ini kita psti menghadapi dilema apakah kita memilih untuk hidup menurut kehendak sendiri atau menurut kehendak Tuhan. Namun sebagai anak-anak Tuhan ketaatan adalah jalan yang sangat tepat untuk kita pilih; seperti karyawan yang sepatutnya taat kepada pimpinan, dan juga seperti prajurit yang sepenuhnya taat kepada perintah komandannya. Terlebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan kita harus memiliki ketaatan penuh kepada kehendak Tuhan. Hal terbaik dan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah ketika ia mampu berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:19b-20).
“Hidup dalam ketaatan berarti menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

SANGAT PENTING, BERITAKAN INJIL!

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14)

Pemberitaan Injil adalah aktivitas yang sangat penting dan utama sebelum hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Karena itu selagi kita masih bernafas, diberi kesehatan dan memiliki banyak waktu dan kesempatan, mari kita maksimalkan setiap talenta untuk mengerjakan Amanat Agung ini. Tuhan Yesus mengingatkan, “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” (Yohanes 4:35). Kita tidak harus menjadi pendeta terlebih dahulu untuk memberitakan Injil!
Semua orang percaya tanpa terkecuali: tua atau muda, jemaat baru atau sudah lama, para pendeta atau jemaat awam dapat mengerjakan bagiannya untuk melayani Tuhan dengan tingkat pelayan yang berbeda-beda, mulai dari yang paling kecil/sederhana sampai kepada hal-hal yang besar. Pelayanan dasar memberitakan Injil kepada orang lain adalah melalui kesaksian hidup kita. Inilah pelayan yang sangat efektif yang dapat menjangkau semua orang. “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12b). karena itu kita tidak perlu ragu, takut atau berkecil hati untuk melayani Tuhan karena Tuhan tidak pernah memberikan perintah kepada kita tanpa terlebih dahulu memperlengkapi dan memberkati kita. “…kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (1 Kisah Para Rasul 1:8). Kuasa Roh Kudus inilah yang akan menyertai, menguatkan dan memampukan kita untuk mengerjakan tugas ini.
Karena penyertaan Roh Tuhan, Musa yang sebelumnya minder dan merasa tidak mampu, dipakai Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Begitu pula dengan kedua belas orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi murid-murid-Nya, mereka adalah orang-orang biasa dan tidak terpelajar. Mungkin di pemandangan manusia kita ini tidak kaya, tidak terkenal dan bahkan mungkin kita dianggap bodoh oleh dunia, tapi Tuhan mau dan sanggup memakai kita untuk menjadi penjala jiwa di akhir zaman ini.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Matius 9:37).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

PEMBELAAN SANG BAPA

“Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"  (Yesaya 35:4)

Ada anak sekolah kelas 4 SD, sewaktu pulang ke rumah dari sekolah ia berjalan terpincang-pincang. Ketika ditanya, ia mengaku baru dikeroyok oleh beberapa anak sebayanya saat hendak pulang ke rumah. Mendengar pengakuan anaknya tersebut, ayahnya sangat berang sekali. Maka saat itu pula sang ayah pergi melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Tidak lama berselang akhirnya para pelaku penganiayaan anaknya ditangkap oleh pihak kepolisian. Meski para pelaku telah meminta maaf dan mengakui perbuatannya, sang ayah tetap bersikeras membawa masalah ini ke jalur hukum.
Setiap orangtua pasti sangat menyayangi anaknya. Sehingga bila anaknya menerima perlakuan buruk orang lain, orangtuanya pasti tidak terima. Tanpa diminta ia pasti menuntut keadilan bagi anaknya. Jika manusia bersikap demikian, pun demikian dengan Tuhan. Ketika orang yang dikasihi-Nya diperlakukan dengan tidak pantas, Tuhan pasti menuntut pembalasan. Musa pernah mengalami pembelaan Tuhan ketika Harun dan Miryam mengata-ngatainya “Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. Lalu berfirmanlah Ia: "Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. …..Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?"……” (Bilangan 12:1-10). Kemudian Elia juga pernah mengalaminya saat anak-anak Betel mengolok-oloknya (2 Raja-Raja 2:23-25). Lalu saat orang-orang Yehuda diperlakukan buruk bangsa lain, Tuhan mengikhtiarkan pembalasan melalui nubuatan nabi Yesaya.
Diperlakukan buruk orang lain, kita pasti sedih dan marah. Namun perasaan itu jangan sampai berlarut-larut. Ingat, Tuhan tidak suka bila kita diperlakukan seperti itu. Sebagai Bapa yang baik, Dia tidak akan berdiam diri saat melihat kita umat kesayangan-Nya diperlakukan buruk orang lain. Pada saatnya Dia akan turun tangan menyatakan pembelaan-Nya bagi kita.
“Oleh karena itu, Saudaraku jika kita merasa teraniaya kiranya jangan merencanakan pembalasan melainkan mintalah berkat dan pengampunan bagi mereka.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.