Halaman

Senin, 29 September 2014

SIKAP MENTAL UNTUK BANGKIT



“kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” (Kisah Para Rasul 16:25-26)

Sikap mental untuk bangkit adalah penting untuk kita bisa meraih kenyataan kuasa kebangkitan. Paulus adalah contoh orang yang memiliki sikap bangkit, karena mengenal Tuhan secara mendalam. Hal itu terlihat dalam Kisah Para Rasul 16:16-32; ketika dengan setia ia melayani pemberitaan Injil dan melakukan mujizat di Filipi. Paulus menengking roh tenung yang ada di dalam seorang anak perempuan. Namun akibatnya tuan dari perempuan tenung tadi marah dan menghasut banyak orang untuk menganiaya dan menjebloskan Paulus kedalam penjara setelah didera. Tetapi Paulus tidak patah semangat dan mengasihi diri sendiri. Dia tidak merenung untuk mengiba atas nasib malang yang menimpanya. Di penjara, sementara sebagian orang sudah tidur, Paulus malah menyanyi memuji Tuhan dengan suara keras. Mental bangkit seperti ini mengakibatkan kuasa kebangkitan terjadi. Gempa bumi local melanda penjara, dan pintu-pintu penjara terbuka, belenggupun patah. Yang terjadi kemudian adalah kepala penjara Filipi bertobat dan menerima Kristus, dan seisi rumahnyapun dilayani untuk mengalami keselamatan. Malaikat di sorga bersorak-sorai atas kemenangan ini.
Paulus menaklukkan keadaan dengan kuasa kebangkitan. Karena itu, untuk memiliki sikap mental bangkit; bangunlah gaya hidup berikut ini:
1.      Membangun pengenalan akan Allah secara pribadi yang mendalam. Dari keakraban, mengenal-Nya sebagai Bapa yang baik. Apapun yang kita alami, Bapa kita sangat baik bagiku. “Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!” (Mazmur 31:20).
2.      Mengucap syukur senantiasa atas setiap situasi yang terjadi “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18). Percaya bahwa semua keadaan yang menimpa kita ada dalam kendali Tuhan. Bukan peristiwa kebetulan, melainkan Tuhan punya niat baik di dalamnya.
3.      Atas situasi yang sedang terjadi, buatlah keputusan untuk tetap memuliakan Tuhan melalui keadaan ini. Reaksi awal kita bias takut, kuatir ataumarah atas keadaan, namun kemudian memilih untuk member respon positif. Memilih untuk menjadikannya sebagai kesempatan mempersembahkan kurban agar Tuhan disukakan. “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!” (Mazmur 34:2-4).
4.      Tidak tawar hati atau mencurigai Tuhan, melainkan tekun untuk melakukan bagian kita, terus bertekun berjalan di jalan-Nya. Targetnya, melewati ujian, muncul seperti emas murni. “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.” (Ayub 23:10-12).
5.      Tidak meragukan Tuhan dan mempertanyakan Tuhan, melainkan berpegang pada “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28) dan “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20). Meresponi Tuhan sebagai Allah yang berkuasa untuk membalikkan keadaan buruk menjadi kebaikan bagi kita.
6.      Bulat hati dan percaya, bahwa Dia telah memiliki dan menyediakan jalan keluar atas masalah yang kita hadapi. “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13)
7.      Kita mengenali dan menyadari identits kita adalah pemenang. Percaya bahwa Tuhan sudah mentargetkan kita untuk menang. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:57), “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37).
Inilah anak tangga yang harus kita langkahi, satu demi satu, maka kuasa kebangkitan itu nyata kita alami atas setiap yang kita hadapi. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” (1 Tesalonika 5:24).
Amin
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar