“kira-kira
tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah
dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa
bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga
terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” (Kisah Para
Rasul 16:25-26)
Sikap
mental untuk bangkit adalah penting untuk kita bisa meraih kenyataan kuasa
kebangkitan. Paulus adalah contoh orang yang memiliki sikap bangkit, karena
mengenal Tuhan secara mendalam. Hal itu terlihat dalam Kisah Para Rasul
16:16-32; ketika dengan setia ia melayani pemberitaan Injil dan melakukan
mujizat di Filipi. Paulus menengking roh tenung yang ada di dalam seorang anak
perempuan. Namun akibatnya tuan dari perempuan tenung tadi marah dan menghasut
banyak orang untuk menganiaya dan menjebloskan Paulus kedalam penjara setelah
didera. Tetapi Paulus tidak patah semangat dan mengasihi diri sendiri. Dia
tidak merenung untuk mengiba atas nasib malang yang menimpanya. Di penjara,
sementara sebagian orang sudah tidur, Paulus malah menyanyi memuji Tuhan dengan
suara keras. Mental bangkit seperti ini mengakibatkan kuasa kebangkitan
terjadi. Gempa bumi local melanda penjara, dan pintu-pintu penjara terbuka,
belenggupun patah. Yang terjadi kemudian adalah kepala penjara Filipi bertobat
dan menerima Kristus, dan seisi rumahnyapun dilayani untuk mengalami
keselamatan. Malaikat di sorga bersorak-sorai atas kemenangan ini.
Paulus
menaklukkan keadaan dengan kuasa kebangkitan. Karena itu, untuk memiliki sikap
mental bangkit; bangunlah gaya hidup berikut ini:
1. Membangun pengenalan akan Allah
secara pribadi yang mendalam. Dari keakraban, mengenal-Nya sebagai Bapa yang
baik. Apapun yang kita alami, Bapa kita sangat baik bagiku. “Alangkah limpahnya
kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah
Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!” (Mazmur
31:20).
2. Mengucap syukur senantiasa atas
setiap situasi yang terjadi “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah
yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).
Percaya bahwa semua keadaan yang menimpa kita ada dalam kendali Tuhan. Bukan
peristiwa kebetulan, melainkan Tuhan punya niat baik di dalamnya.
3. Atas situasi yang sedang terjadi,
buatlah keputusan untuk tetap memuliakan Tuhan melalui keadaan ini. Reaksi awal
kita bias takut, kuatir ataumarah atas keadaan, namun kemudian memilih untuk
member respon positif. Memilih untuk menjadikannya sebagai kesempatan
mempersembahkan kurban agar Tuhan disukakan. “Aku hendak memuji TUHAN pada
segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN
jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan
bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita
bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!” (Mazmur 34:2-4).
4. Tidak tawar hati atau mencurigai
Tuhan, melainkan tekun untuk melakukan bagian kita, terus bertekun berjalan di
jalan-Nya. Targetnya, melewati ujian, muncul seperti emas murni. “Karena Ia
tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.
Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan
mulut-Nya.” (Ayub 23:10-12).
5. Tidak meragukan Tuhan dan
mempertanyakan Tuhan, melainkan berpegang pada “Kita tahu sekarang, bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
(Roma 8:28) dan “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku,
tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan
seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.” (Kejadian 50:20). Meresponi Tuhan sebagai Allah yang berkuasa untuk
membalikkan keadaan buruk menjadi kebaikan bagi kita.
6. Bulat hati dan percaya, bahwa Dia
telah memiliki dan menyediakan jalan keluar atas masalah yang kita hadapi.
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1
Korintus 10:13)
7. Kita mengenali dan menyadari
identits kita adalah pemenang. Percaya bahwa Tuhan sudah mentargetkan kita
untuk menang. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:57), “Tetapi dalam semuanya itu
kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi
kita.” (Roma 8:37).
Inilah anak tangga yang harus
kita langkahi, satu demi satu, maka kuasa kebangkitan itu nyata kita alami atas
setiap yang kita hadapi. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan
menggenapinya.” (1 Tesalonika 5:24).
Amin
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar