Halaman

Rabu, 05 November 2014

PEMBERSIHAN ADALAH PROSES PEMBENTUKAN



"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” (Yohanes 15:1)

Pernyataan Tuhan Yesus, “Akulah pokok anggur yang benar” adalah sebagai penegasan bahwa Dia adalah satu-satunya Pokok Anggur yang asli dan sah, tidak ada yang lain. Sebagai satu-satunya Pokok Anggur, setiap ranting harus melekat kepada-Nya. Itulah satu-satunya cara untuk bisa menghasilkan buah!
Melekat berarti memiliki persekutuan yang erat secara kontinyu dengan Pokok Anngur. Tanpa melekat kepada Pokok Anggur ranting-ranting itu akan kering, dan cepat atau lambat pasti akan mati, karena tidak ada kehidupan di dalamnya, sebab Pokok Anggur adalah sumber kehidupan. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Jadi tanpa Pokok Anggur ranting tidak punya kekuatan apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhan Yesus juga menambahkan, “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Kita tahu bahwa setiap pemilik kebun pasti berharap bahwa benih yang ia taburkan di tanah kelak akan menghasilkan buah. Ia tidak hanya sekedar menabur benih dan menanam, tapi juga mengolah tanahnya sedemikian rupa serta merawatnya. Dan ketika benih itu tumbuh dan mulai mengeluarkan ranting-ranting si pemilik kebun makin bekerja secara ekstra. Jika ada ranting yang kering akan dipotongnya dan dibuang, sedangkan ranting yang hidup tak luput dari perhatian si pemilik kebun, dibersihkannya ranting itu supaya bukan sekedar lebat daunnya, tapi supaya ada buah yang dihasilkan.
Saat masuk dalam proses “pembersihan” inilah mau tidak mau kita akan merasakan sakit, tidak enak dan terluka. Namun bukan berarti Tuhan jahat, kejam dan tidak mengasihi kita, karena Dia melakukannya sesuai dengan hikmat dan kasih-Nya. Ingat, jika kita tidak dibersihkan, sampai kapan pun kita tidak akan pernah bertumbuh dan berbuah. Tuhan membersihkan segala hal yang manghalangi kita untuk bertumbuh. Jadi pembersihan dari Tuhan memiliki arah dan tujuan karena Dia selalu tahu apa yang terbaik bagi kita dan sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti kita.
“Pembersihan inilah yang disebut pembentukan dari Tuhan, sebagai wujud pendisplinan dari Tuhan.”
Amin
Tuhan Yesus Memberkati.

HIKMAT LEBIH BERHARGA DARI HARTA DAN PANGKAT



“Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus.” 
(Amsal 4:11)

Karena hikmat yang dimiliki plus berkat kekayaan sebagai bonus dari Tuhan, Salomo menjadi seorang anak raja yang sangat terkenal. Alkitab mengatakan, “Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.” (1 Raja-Raja 10:23). Berita tentang kehebatan Salomo ini sampai juga ke telinga Ratu negeri Syeba. Tidak puas hanya sekedar mendengar, Ratu Syeba pun datang ke Yerusalem dengan rombongan besar dan membawa banyak persembahan “Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama TUHAN, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki. Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya.” (1 Raja-Raja 10:1-2). Bahkan Ratu Syeba pun berkesempatan untuk menguji dan membuktikan kebenaran berita itu.
Memiliki kekayaan bagi seorang raja adalah hal yang lumrah, tapi memiliki hikmat yang luar biasa, tidak semua raja memilikinya. Kedatangan Ratu Syeba adalah bukti betapa ia pun sangat merindukan hikmat seperti yang dimiliki oleh Raja Salomo. Dengan kata lain, Ratu Syeba yang sudah memiliki segalanya (kecantikan, kekayaan, kedudukan) masih merasa kurang karena ia tidak memiliki hikmat seperti yang dimiliki oleh Salomo. Hal itu membuktikan bahwa hikmat jauh lebih berharga dan bernilai dari apa pun juga. “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.” (Amsal 3:13-15). Dari manakah datangnya hikmat? “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” (Amsal 2:6). Tertulis pula “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Amsal 9:10).
Kita diperintahkan mencari dan mengejar hikmat itu. “Mencari dan Mengejar” adalah kata kerja aktif, artinya dibutuhkan kesungguhan dan tindakan nyata memperolehnya. Hikmat adalah anugerah Tuhan, tapi harus ada usaha kita. Tanpa upaya kita tidak mungkin mendapatkannya. Jika menyadari ini kita akan berusaha sedemikian rupa mengejarnya lebih dari mengejar harta duniawi.
“Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.” (Amsal 8:11).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

TETAPLAH WASPADA!



“Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.” (2 Yohanes 1:8)

Sampai hari ini dunia selalu diwarnai goncangan-goncangan: ada bencana, teror bom, ada konflik di mana-mana, bahkan peperangan. Dunia benar-benar tidak aman. Karena itu semua orang kemungkinan buruk terjadi, akhirnya semua orang berusaha membentengi diri dengan menggunakan alat penangkal. Pemeriksaan, pengawasan dan penjagaan keamanan di berbagai tempat pun semakin diperketat. Di hotel, mall, bandara atau tempat-tempat umum lainnya petugas keamanan dilengkapi dengan detector logam, yaitu alat pendeteksi logam, untuk memastikan setiap orang yang akan memasuki area tertentu bebas dari benda berbahaya, seperti pistol, senjata tajam dan juga bom.
Pengawasan dan pengamanan secara fisik saja begitu sangat penting, terlebih-lebih pengawasan dan pengamanan secara roh bagi orang percaya, karena “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” (1 Yohanes 5:19), di mana “…  si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8). Agar tetap berada dalam kewaspadaan, kita harus makin mendekat kepada Tuhan, sebab “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.” (Mazmur 62:2). Daud menyadari, “….lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:11). Karena itu “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25).
Di tengah situasi-situasi sulit yang menghimpit dunia jangan sekali-kali kita menjauh dari Tuhan, karena saat kita dekat dengan Dia pasti ada perlindungan, pertolongan, mujizat dan kemenangan, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31).
“Tanpa kewaspadaan tinggi kita tidak akan sanggup bertahan, karena itu melekatlah kepada Tuhan!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

MENGAPA KITA TIDAK BERJAGA-JAGA?



“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” 
(Kolose 4:2)
Berjaga-jaga berarti waspada terhadap segala kemungkinan, terutama dalam hal-hal negative. Berjaga-jaga juga berarti sikap bersiap-siap, awas atau berhati-hati.mengapa kita harus selalu berjaga-jaga? Karena hari-hari yang kita jalani ini penuh kejutan, perubahan, percepatan atau hal-hal yang tak terduga yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena itu “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” (Amsal 27:1). Seorang bijak berkata, “Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini.”
Ada beberapa faktor mengapa orang tidak berjaga-jaga:
1.       Terlalu percaya diri atau over confidence. Rasa percaya diri yang berlebihan membuat merasa dirinya cukup kuat sehingga dalam segala hal mengandalkan kekuatan sendiri. Orang yang demikian sulit sekali menerima nasehat dan teguran orang lain. Alkitab memperingatkan: “….janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak” (Amsal 3:5,7). Rasul Paulus juga memperingatkan, “…siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12); “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;” (Galatia 6:4). Jika saat ini kita tegak berdiri dan menang atas percobaan, jangan takabur, sebab iblis tidak akan pernah menghentikan usahanya sebelum misinya berhasil yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan.”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;” (Yohanes 10:10a).
2.       Kurangnya pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya. “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.” (Hosea 4:6). Seseorang yang tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan (pribadi, kuasa, kasih, kehendak-Nya dan sebagainya) akan cenderung mengisi hari-harinya dengan perbuatan-perbuatan sia-sia. Ia lupa bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya.
“Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput.” (1 Tesalonika 5:3).
Kurangnya pengenalan yang benar tentang Tuhan adalah akibat dangkalnya pengenalan kita tentang firman-Nya. Kita pun menjadi kurang peka secara rohani. Kita tidak menyadari bahwa hari-hari yang sedang kita jalani ini sedang berada di penghujung zaman, artinya kedatangan Tuhan sudah teramat sangat dekat.
Dibutuhkan sikap berjaga-jaga setiap waktu “…hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.” (1 Tesalonika 5:2). Kita berpikir bahwa situasi dan keadaan tampak baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang perlu dikuatirkan, “Semuanya damai dan aman…”. Alkitab memperingatkan: “Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” (Pengkhotbah 9:12). Namun bila kita senantiasa tinggal di dalam firman Tuhan (membaca, merenungkan siang-malam dan melakukannya) maka kita akan semakin menyadari bahwa kekuatan kita sangat terbatas. Keamanan, ketenangan dan ketentraman sejati hanya dapat kita temukan di dalam Tuhan. Tidak ada jalan lain yang membuat kita tegak berdiri di masa-masa akhir selain kita harus berjaga-jaga senantiasa di dalam Tuhan dan tidak lagi hidup semberono, sebab kita tahu nasehat Alkitab: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16).
3.       Ketika kita salam dalam bergaul. “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33b). penulis Amsal juga mengingatkan, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.. pergaulan yang salah, membawa seseorang makin terbawa arus dunia ini sehingga lebih menuruti keinginan daging.
“Jangan merasa diri kuat, tapi makin mendekatlah kepada Tuhan aupaya kita dapat bertahan! Dan berjaga-jagalah senantiasa karena tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok, sebab hari-hari ini adalah jahat!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.  

ORANG PERCAYA MENJADI KELUARGA SORGAWI



“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,” (Efesus 2:19)

Ketika seorang bayi dilahirkan, secara otomatis ia akan menjadi anggota baru dalam sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan mungkin ada kakak. Begitu juga ketika seseorang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ia dilahirkan kembali dan diubahkan hidupnya. Inilah yang disebut dengan kelahiran baru atau dilahirkan kembali secara roh. Dengan demikian ia punya kehidupan yang baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Sejak saat ita ia menjadi anggota baru dalam keluarga yang baru yaitu keluarga Kerajaan Allah.
Sebagai anggota keluarga sorgawi sudah seharusnya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2). Dengan menyandang status anggota keluarga sorgawi terjadilah suatu perubahan besar. Perubahan apa saja? Kita yang dahulu jauh dari Allah kini menjadi dekat dengan-Nya. “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.” (Efesus 2:13). Kita yang dahulu hidup dalam perseteruan dengan Allah telah diperdamaikan dengan-Nya. “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya….” (2 Korintus 5:18). Kita yang dahulu hidup dalam kegelapan kini dipanggil-Nya “…..keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:’ (1 Petrus 2:9). Kita yang dahulu terbuang oleh karena dosa dan pelanggaran kita sekarang menjadi orang-orang pilihan dan sangat berharga di mata Tuhan. Kita yang tadinya warga dunia sekarang menjadi warga sorgawi.
Memang secara jasmani kita masih hidup di dunia ini, tapi kita bukan lagi orang-orang duniawi yang hidup menurut keinginan daging kita, melainkan hidup menurut pimpinan Roh Kudus.
“Sebagai anggota keluarga sorgawi kita mengemban misi menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi dunia ini!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.