Halaman

Rabu, 05 November 2014

MENGAPA KITA TIDAK BERJAGA-JAGA?



“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” 
(Kolose 4:2)
Berjaga-jaga berarti waspada terhadap segala kemungkinan, terutama dalam hal-hal negative. Berjaga-jaga juga berarti sikap bersiap-siap, awas atau berhati-hati.mengapa kita harus selalu berjaga-jaga? Karena hari-hari yang kita jalani ini penuh kejutan, perubahan, percepatan atau hal-hal yang tak terduga yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena itu “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” (Amsal 27:1). Seorang bijak berkata, “Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini.”
Ada beberapa faktor mengapa orang tidak berjaga-jaga:
1.       Terlalu percaya diri atau over confidence. Rasa percaya diri yang berlebihan membuat merasa dirinya cukup kuat sehingga dalam segala hal mengandalkan kekuatan sendiri. Orang yang demikian sulit sekali menerima nasehat dan teguran orang lain. Alkitab memperingatkan: “….janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak” (Amsal 3:5,7). Rasul Paulus juga memperingatkan, “…siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12); “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;” (Galatia 6:4). Jika saat ini kita tegak berdiri dan menang atas percobaan, jangan takabur, sebab iblis tidak akan pernah menghentikan usahanya sebelum misinya berhasil yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan.”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;” (Yohanes 10:10a).
2.       Kurangnya pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya. “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.” (Hosea 4:6). Seseorang yang tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan (pribadi, kuasa, kasih, kehendak-Nya dan sebagainya) akan cenderung mengisi hari-harinya dengan perbuatan-perbuatan sia-sia. Ia lupa bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya.
“Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput.” (1 Tesalonika 5:3).
Kurangnya pengenalan yang benar tentang Tuhan adalah akibat dangkalnya pengenalan kita tentang firman-Nya. Kita pun menjadi kurang peka secara rohani. Kita tidak menyadari bahwa hari-hari yang sedang kita jalani ini sedang berada di penghujung zaman, artinya kedatangan Tuhan sudah teramat sangat dekat.
Dibutuhkan sikap berjaga-jaga setiap waktu “…hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.” (1 Tesalonika 5:2). Kita berpikir bahwa situasi dan keadaan tampak baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang perlu dikuatirkan, “Semuanya damai dan aman…”. Alkitab memperingatkan: “Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” (Pengkhotbah 9:12). Namun bila kita senantiasa tinggal di dalam firman Tuhan (membaca, merenungkan siang-malam dan melakukannya) maka kita akan semakin menyadari bahwa kekuatan kita sangat terbatas. Keamanan, ketenangan dan ketentraman sejati hanya dapat kita temukan di dalam Tuhan. Tidak ada jalan lain yang membuat kita tegak berdiri di masa-masa akhir selain kita harus berjaga-jaga senantiasa di dalam Tuhan dan tidak lagi hidup semberono, sebab kita tahu nasehat Alkitab: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16).
3.       Ketika kita salam dalam bergaul. “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33b). penulis Amsal juga mengingatkan, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.. pergaulan yang salah, membawa seseorang makin terbawa arus dunia ini sehingga lebih menuruti keinginan daging.
“Jangan merasa diri kuat, tapi makin mendekatlah kepada Tuhan aupaya kita dapat bertahan! Dan berjaga-jagalah senantiasa karena tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok, sebab hari-hari ini adalah jahat!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar