Halaman

Kamis, 24 April 2014

JANGAN MEREMEHKAN FIRMAN!


“"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." (Bilangan 21:5)

Yang dimaksud bangsa Israel “makanan hambar” itu adalah “manna”, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun, “….warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu.” (Keluaran 16:31).
Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu. Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirm Tuhan dari sorga. Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya. "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firman-Nya pun diabaikan mereka. Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya: “Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.” (Bilangan 21:6).
Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani. Jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas. “Firmannya itu lagi, itu lagi. Bosan ah!” kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Begitu mendengar Firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung. Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai “Mesir” dan enggan beranjak pergi. Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi (kedagingan). Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan. Alkitab menegaskan: “Dahulu memang kamu hamba dosa,” (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” (Roma 6:18).
“Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

DAMPAK MENDENGAR FIRMAN


“Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar.” (Yesaya 42:20)

Ketika hamba Tuhan menyampaikan khotbah di gereja ada banyak jemaat yang kurang sungguh-sungguh memperhatikan. Ada yang tertidur pulas, asyik mengunyah permen, sibuk BBM-an atau mengobrol, dan ada juga yang kelihatannya diam tapi pikiran berkelana menjelajah ke yang lain. Kita tidak mendengarkan firman Tuhan dengan seksama. Dampaknya: kita tidak mengalami kemajuan rohani, iman lemah dan mudah sekali jatuh ke dalam dosa. Alkitab menegaskan: “….iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17) dan “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16). Hasilnya akan berbeda bila kita mau mendengarkan Firman dengan seksama. Ibarat benih yang ditaburkan di tanah yang baik, benih itu akan berbuah, “….ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23).
Di tengah dunia yang kian bergelora ini kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105). Semakin kita mempertajam penfengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalam-Nya. “….tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 11:6a). sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:16-17).
Tuhan ingin kita senantiasa memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi, karena keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara.
“Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.” (Mazmur 119:16).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

BERBUAH MELALUI PEKERJAAN


“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” 
(Filipi 1:22a)

Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, baik itu di bidang konvesional (sekuler) maupun dalam pekerjaan kerohanian di mata Tuhan. “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.” (Titus 3:14).
Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan keluarga, dengan bekerja kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Mustahil kita bisa memberi atau berbagi dengan sesama bila kita tidak bekerja atau tidak berpenghasilan. Selain itu kita juga harus bekerja untuk pekerjaan Tuhan. Tidak harus menjadi fulltimer di ladang Tuhan, tetapi kita tidak dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan berkat yang telah kita terima dari-Nya. “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Amsal 3:9-10).
Ingin menjadi orang Kristen yang diberkati dan berbuah? Kuncinya adalah bekerja dan lakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Bukankah masih ada orang Kristen yang mengharapkan berkat dari Tuhan, sementara ia sendiri tidak mau melakukan sesuatu? Ada tertulis: “TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.” (Ulangan 28:12). Kata “segala pekerjaanmu” mengandung arti ada sesuatu yang kita kerjakan. Jadi di mana pun kita bekerja, bekerjalah dengan semangat dan sepenuh hati. Taruhlah minat yang besar terhadap pekerjaan kita dan jadilah pekerjaan yang taat di segala situasi dan di setiap waktu. Seringkali kita menjadikan pekerjaan itu sebagai beban sehingga kita tidak menyukainya, bosan dan jenuh, bekerja pun menjadi sangat lamban. Bagaimana kita bisa diberkati jika demikian?
“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,” (Pengkhotbah 9:10).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati

JADILAH PEKERJA YANG BAIK


“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,” (Efesus 6:5)

Setiap orang percaya seharusnya menjadi teladan di mana pun mereka berada, tak terkecuali di dunia kerja. Apa pun profesi kita, kita harus menjadi pribadi yang berbeda, sebab standar utama dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23). Bila kita menyadari bahwa melalui pekerjaan yang kita lakukan kita sedang bekerja untuk Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada Tuhan, kita akan bekerja dengan segenap hati dan sebaik mungkin.
Sebagai orang Kristen, apa pun tugas yang dipercayakan kepada kita harus kita kerjakan dengan setia dan taat. Taat berarti bekerja sesuai aturan yang ada, jujur, penuh tanggung jawab dan tidak bermalas-malasan. Jangan sampai kita bekerja sungguh-sungguh hanya saat ada bos (pimpinan) saja; ada atau tidak ada bos di tempat, kita harus bekerja sebaik mungkin. “jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.” (Efesus 6:6-7).
Ingat, Tuhan selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan dan Ia akan memperhitungkan semuanya. “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kolose 3:24). Karena itu kita harus bertekad menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan kita. Jangan suka menunda-nunda waktu. Apa yang bisa dikerjakan saat itu, kerjakan dengan segera, jangan tunggu sampai esok. Tidak sedikit pula orang yang bekerja dengan mengomel alias bersungut-sungut sebagai tanda bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut dengan setengah hati atau terpaksa. Bisa dipastikan jika seseorang bekerja dengan setengah hati (terpaksa), hasil juga tidak akan maksimal.
“Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,” (Filipi 2:14).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

KITA HARUS BEKERJA


“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15)

Bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita, member persembahan untuk pekerjaan Tuhan dan membantu sesame, bila kita tidak bekerja? Banyak orang salah dalam memahami arti hidup karena percaya berarti tidak perlu lagi bekerja dan berusaha, cukup berdoa saja, maka uang itu akan turun dengan sendirinya dari langit. Benarkah demikian? Ada tertulis: “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:17). Memang, Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan memberkati kita, namun Ia menghendaki kita bekerja, itulah bagian yang harus kita kerjakan. Jadi, bekerja adalah perintah Tuhan! Bahkan, perintah untuk bekerja sudah ditetapkan Tuhan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Kata “mengusahakan dan memelihara” (ayat nats) berarti mengerjakan sesuatu (bekerja). Saat itu manusia pertama diperintahkan Tuhan untuk mengurus taman Eden dan segala isinya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menginginkan manusia yang diciptakan-Nya menjadi orang yang malas. Bahkan Alkitab dengan keras menentang orang yang malas: “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring"  (Amsal 6:9-10).
Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan berusaha, karena Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala hal yang dapat menunjang aktivitas hidup sehari-hari. Kita diciptakan Tuhan dengan tujuan berkarya dan melakukan pekerjaan baik. “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10). Itulah sebabnya Paulus menasehati, “…jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tesalonika 3:10). Dengan bekerja, selain dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga tidak akan menjadi beban bagi orang lain. Jika kita mau bekerja dan berusaha, Tuhan pasti akan memberkati apa yang kita lakukan.
"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17).
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati