Halaman

Kamis, 22 Agustus 2013

ADOPSI ROHANI

“Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." (2 Korintus 6:18)

Allah mengungkapkan kerinduan-Nya yang begitu mendalam untuk berhubungan dengan kita sebagai Bapa. Strategi-strategi rohani untuk memasuki hubungan ini terdapat dalam Doa Bapa Kami. Dalam kta-kata doa yang penuh inspirasi itu, Anda akan belajar bagaimana memasuki hadirat Bapa Surgawi dan mendapatkan janji-janji, pengampunan, pemeliharaan dan perlindungan-Nya sementara Anda berada di dalam naungan urapan doa.
Dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus, kata pembukaan, “Bapa Kami”, memastikan bahwa kerinduan Allah dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan kita. Saat kita mengatakan, “Bapa Kami” kita tidak hanya menyatakan keberadaan Allah sebagai Bapa, tetapi kita juga mengakui persaudaraan dari semua pemercaya. Kata-kata ini menghubungkan kita dengan semua orang yang mengucapkan doa ini, menjembatani perbedaan-perbedaan yang bersifat denominasi dan doktrinal.
“Bapa Kami” menyatukan kita semua dalam satu keluarga rohani dengan satu Bapa. Secara rohani, kita bukan anak yatim-piatu. Kata “Kami” adalah semangat syafaat yang, seperti Musa, menggolongkan dirinya sendiri dengan umat Tuhan. Ini bukanlah roh penuduh yang seperti orang Farisi berdoa, “Aku bersyukur kepada-Mu karena aku tidak seperti orang lain.”
Salam pembukaan “Bapa Kami” akan menunjukkan siapa yang benar-benar dapat berdoa dengan pola ini. Hanya anak-anak Allah ysng sejatilah yang dapat berdoa “Bapa Kami”. Orang lain mungkin dapat mengucapkannya, tetapi mengucapkan tidak berarti berdoa. Semua orang adalah anak Allah karena penciptaan, mereka adalah bagian dari keluarga Kerajaan Allah. Terpecahnya keluarga ini terjadi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.
Kita adalah anak-anak Allah atau anak iblis. Yesus berkata kepada orang Farisi bahwa iblislah yang menjadi bapa mereka, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44). Dia juga berkata bahwa mereka adalah “anak-anak si jahat, “ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.” (Matius 13:38) dan “anak-anak kemurkaan”, “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.(Efesus 2:3). Yohanes membedakan antara anak-anak Allah dengan anak-anak iblis (1 Yohanes 3:7-10)
Akibat dosa asal Adam dan Hawa, Alkitab mengajarkan bahwa semua orang yang lahir ke dunia setelah itu mempunyai sifat dosa dalam dirinya. Saat kita mengikuti sifat kita ini, kita semakin jauh terpisahkan dari Allah Bapa oleh sebab dosa-dosa kita sendiri. Hanya melalui pembaruan rohani yaitu pengalaman “kelahiran kembali” sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yohanes 3:6,16). Ketika kita menerima pengorbanan Yesus yang mati di posisi kita untuk menebus kita dari dosa, kita menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; (Yohanes 1:12). 

Ketika Rasul Filifus berkata, “Tuhan , tunjukkanlah bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami,” Yesus menjelaskan kesatuan yang intim antara Bapa dan Anak dengan berkata, “Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. " (Yohanes 14:8-11). Bapa dinyatakan dalam pribadi Yesus Kristus. Allah membawa kita kepada Yesus, dan Yesus menyatakan keberadaan Allah sebagai Bapa kepada kita, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Saat Yesus mengajar kita berdoa “Bapa kami yang di surga”, Dia mengundang kita untuk menikmati hubungan sebagai anak dan Bapa: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:4-6).
Yesus adalah Anak tunggal Bapa, tetapi kita adalah anak-anak lelaki dan perempuan yang diadopsi Allah melalui kematian Yesus Kristus karena dosa-dosa kita. Roh Allah Anak, Allah Roh Kudus, memampukan kita untuk berseru, “Abba, Bapa,” sebuah ucapan yang menunjukkan keseluruhan keintiman dari seorang anak kecil yang berseru, “Papa.” Adopsi rohani membuat kita menjadi anak. Kelahiran kembali memberi kita sifat baru yang memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak lelaki dan perempuan karena sebagai pemercaya kita menjadi pengambil bagian dalam kodrat ilahi Bapa Surgawi kita, “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” (2 Petrus 1:4).
Pada saat kita mengatakan “Bapa Kami” ketika kita memulai berdoa, kita membebaskan diri kita dari perhambaan rasa takut yang diakibatkan oleh kutukan dosa dan kematian. Kita mengizinkan Roh Kudus untuk berkata-kata melalui bibir kita dan memberi kesaksian bahwa kita sesungguhnya adalah anak-anak Allah:
“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:15-17).
Sebagai ahli waris Allah dan yang akan menerima waris bersama-sama dengan Kristus, kita mempunyai hubungan dan perhatian yang sama dari Bapa Surgawi sebagaimana yang dimiliki Yesus. Sekali pewahyuan ini dilahirkan dalam roh Anda, Anda akan berdoa dengan kuasa dan pengharapan yang sama seperti Yesus berdoa. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar