“Dan
Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan
anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." (2
Korintus 6:18)
Allah
mengungkapkan kerinduan-Nya yang begitu mendalam untuk berhubungan dengan kita
sebagai Bapa. Strategi-strategi rohani untuk memasuki hubungan ini terdapat
dalam Doa Bapa Kami. Dalam kta-kata doa yang penuh inspirasi itu, Anda akan
belajar bagaimana memasuki hadirat Bapa Surgawi dan mendapatkan janji-janji,
pengampunan, pemeliharaan dan perlindungan-Nya sementara Anda berada di dalam
naungan urapan doa.
Dalam
doa yang diajarkan Tuhan Yesus, kata pembukaan, “Bapa Kami”, memastikan bahwa
kerinduan Allah dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan kita. Saat kita
mengatakan, “Bapa Kami” kita tidak hanya menyatakan keberadaan Allah sebagai
Bapa, tetapi kita juga mengakui persaudaraan dari semua pemercaya. Kata-kata
ini menghubungkan kita dengan semua orang yang mengucapkan doa ini,
menjembatani perbedaan-perbedaan yang bersifat denominasi dan doktrinal.
“Bapa
Kami” menyatukan kita semua dalam satu keluarga rohani dengan satu Bapa. Secara
rohani, kita bukan anak yatim-piatu. Kata “Kami” adalah semangat syafaat yang,
seperti Musa, menggolongkan dirinya sendiri dengan umat Tuhan. Ini bukanlah roh
penuduh yang seperti orang Farisi berdoa, “Aku bersyukur kepada-Mu karena aku
tidak seperti orang lain.”
Salam
pembukaan “Bapa Kami” akan menunjukkan siapa yang benar-benar dapat berdoa
dengan pola ini. Hanya anak-anak Allah ysng sejatilah yang dapat berdoa “Bapa
Kami”. Orang lain mungkin dapat mengucapkannya, tetapi mengucapkan tidak
berarti berdoa. Semua orang adalah anak Allah karena penciptaan, mereka adalah
bagian dari keluarga Kerajaan Allah. Terpecahnya keluarga ini terjadi sejak
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.
Kita
adalah anak-anak Allah atau anak iblis. Yesus berkata kepada orang Farisi bahwa
iblislah yang menjadi bapa mereka, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44). Dia juga berkata bahwa mereka
adalah “anak-anak si jahat, “ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak
Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.” (Matius 13:38) dan “anak-anak
kemurkaan”, “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka,
ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus
dimurkai, sama seperti mereka yang lain.(Efesus 2:3). Yohanes membedakan antara
anak-anak Allah dengan anak-anak iblis (1 Yohanes 3:7-10)
Akibat
dosa asal Adam dan Hawa, Alkitab mengajarkan bahwa semua orang yang lahir ke
dunia setelah itu mempunyai sifat dosa dalam dirinya. Saat kita mengikuti sifat
kita ini, kita semakin jauh terpisahkan dari Allah Bapa oleh sebab dosa-dosa
kita sendiri. Hanya melalui pembaruan rohani yaitu pengalaman “kelahiran
kembali” sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Apa yang dilahirkan dari
daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yohanes 3:6,16). Ketika kita
menerima pengorbanan Yesus yang mati di posisi kita untuk menebus kita dari
dosa, kita menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah: “Tetapi semua orang
yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam nama-Nya; (Yohanes 1:12).
Ketika
Rasul Filifus berkata, “Tuhan , tunjukkanlah bapa itu kepada kami, itu sudah
cukup bagi kami,” Yesus menjelaskan kesatuan yang intim antara Bapa dan Anak
dengan berkata, “Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu
kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah
sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam
Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan
dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa
di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu
sendiri. " (Yohanes 14:8-11). Bapa dinyatakan dalam pribadi Yesus Kristus.
Allah membawa kita kepada Yesus, dan Yesus menyatakan keberadaan Allah sebagai
Bapa kepada kita, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada
seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas
10:22). Saat Yesus mengajar kita berdoa “Bapa kami yang di surga”, Dia
mengundang kita untuk menikmati hubungan sebagai anak dan Bapa: “Tetapi setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan
dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk
kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah
anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru:
"ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:4-6).
Yesus
adalah Anak tunggal Bapa, tetapi kita adalah anak-anak lelaki dan perempuan
yang diadopsi Allah melalui kematian Yesus Kristus karena dosa-dosa kita. Roh
Allah Anak, Allah Roh Kudus, memampukan kita untuk berseru, “Abba, Bapa,”
sebuah ucapan yang menunjukkan keseluruhan keintiman dari seorang anak kecil
yang berseru, “Papa.” Adopsi rohani membuat kita menjadi anak. Kelahiran
kembali memberi kita sifat baru yang memampukan kita untuk hidup sebagai
anak-anak lelaki dan perempuan karena sebagai pemercaya kita menjadi pengambil
bagian dalam kodrat ilahi Bapa Surgawi kita, “Dengan jalan itu Ia telah
menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar,
supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari
hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” (2 Petrus 1:4).
Pada
saat kita mengatakan “Bapa Kami” ketika kita memulai berdoa, kita membebaskan
diri kita dari perhambaan rasa takut yang diakibatkan oleh kutukan dosa dan
kematian. Kita mengizinkan Roh Kudus untuk berkata-kata melalui bibir kita dan
memberi kesaksian bahwa kita sesungguhnya adalah anak-anak Allah:
“Sebab
kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi
kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita
berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh
kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita
juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji
Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita
menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia.” (Roma 8:15-17).
Sebagai
ahli waris Allah dan yang akan menerima waris bersama-sama dengan Kristus, kita
mempunyai hubungan dan perhatian yang sama dari Bapa Surgawi sebagaimana yang
dimiliki Yesus. Sekali pewahyuan ini dilahirkan dalam roh Anda, Anda akan
berdoa dengan kuasa dan pengharapan yang sama seperti Yesus berdoa. Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar