“Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani,
kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena
barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat
dosa--,supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia,
tetapi menurut kehendak Allah.” (1 Petrus 4:1-2)
Mereka yang telah menanggung penderitaan telah berhenti
berbuat dosa. Ayat ini berbicara tentang mencapai kedewasaan rohani, menjadi
orang dewasa di dalam Kristus. “Orang yang dewasa secara rohani” di dalam
Kerajaan Allah tidak lagi hidup menurut keinginan manusia, namun berkomitmen
sepenuhnya pada dan mentaati kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada
tekanan dunia ini, Paulus menggambarkan kuasa ini dalam, “dan kami siap sedia
juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi
sempurna.”( 2 Korintus 10:6 ).
Kita harus ingat bahwa, berapapun umur kita secara jasmani,
kita dilahirkan sebagai bayi ke dalam Kerajaan Allah. Dan Dia mengharapkan agar
kita bertumbuh. Dia memerintahkan kita, “Dan jadilah sama seperti bayi yang
baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya
olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,” (1 Petrus 2:2). Sama seperti
kita melalui tahap-tahap pertumbuhuan jasmani (masa bayi, masa kanak-kanak, dan
masa dewasa), kita juga melalui tahap-tahap kedewasaan rohani. Paulus
menyatakan, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara
dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi,
yang belum dewasa dalam Kristus.” (1 Korintus 3:1). Dalam surat yang lain,
Paulus menggambarkan tahap selanjutnya dalam pertumbuhan rohani, masa
kanak-kanak: “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka
yang menyesatkan,” (Efesus 4:14). Dan Paulus kembali menulis, “Saudara-saudara,
janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam
kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” (1 Korintus 14:20). Kita
perlu polos dalam pemikiran, menjadi seperti anak-anak, dalam kejahatan; namun
dalam pengertian dan keteguhan, kita perlu menjadi orang percaya yang dewasa.
Perhatikan perkataan Petrus: “adi, karena Kristus telah
menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan
pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani,
ia telah berhenti berbuat dosa--,”(1 Petrus 4:1). Seseorang yang telah berhenti
berbuat dosa telah mencapai kedewasaan rohani yang sempurna. Poin utamanya
adalah Yesus belajar taat melalui penderitaan. Nyatalah bahwa pertumbuhan
rohani bukan terjadi ketika matahari bersinar cerah daqlam hidup kita, ketika
setiap orang menyanjung kita dan memperlakukan kita dengan ramah, dan segala
sesuatu berjalan dengan lancar. Tidak, kita bertumbuh secara rohani ketika kita
terus mentaati Allah di tengah percobaan. Kita bertumbuh semakin kuat ketika
kita tunduk pada hikmat Allah setiap kali orang memfitnah kita, menggosipkan
kita, memperlakukan kita dengan buruk, atau berusaha mencelakakan kita...atau
ketika kita baru saja kehilangan pekerjaan kita, mendapatkan laporan buruk dari
pengacara atau dokter, atau tidak tahu dari mana akan mendapatkan dana yang
diperlukan.
Kita memilih untuk mempercayai Allah ditengah kesukaran,
bahkan sekalipun hal itu tampaknya merugikan kita. Kita memilih untuk melawan
kejahatan yang menyerang kita, pertama dan terutama dengan mentaati Firman
Allah. Dengan cara seperti inilah pertumbuhan rohani yang sejati terjadi.
Tuhan Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar