“Sebab
seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia
yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang
mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati
atasmu.” (Yesaya 62:5)
Setelah
menjadi, murid, kemudian ditempa menjadi prajurit serta mengalami kemenangan
dalam peperangan kita menjadi sahabat Yesus. Akhirnya kita tidak berhenti di
sini, namun kita harus bertumbuh menjadi mempelai Kristus yang dewasa. Seperti
halnya seorang laki-laki hanya akan menikah dengan wanita yang sudah dewasa dan
sepadan dengannya, begitu pula Kristus, Ia hanya akan memilih orang-orang
Kristen yang dewasa rohani dan memiliki kehidupan yang berkenan untuk menjadi
mempelai Kristus. “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki
untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.” (2 Korintus 11:2b).
Dalam
menanti-nantikan kedatangan Sang Mempelai (Kristus), yang tidak akan lama lagi,
ada hal-hal yang harus kita perhatikan. Pertama, kita harus hidup dalam
kekudusan. “....hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama
seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:15-16). Menjaga kekudusan dan kesucian
adalah hal utama bagi calon mempelai Kristus. Seorang mempelai pria pasti
menginginkan pasangannya nanti (mempelai wanita) dalam keadaan suci dan tidak
bernoda sampai hari pernikahan. “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat
di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa
itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. “supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut
atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” (Efesus
5:27). Hidup dalam kekudusan berarti tidak berkompromi dengan dosa; tidak
mencemarkan diri dengan kehidupan duniawi; tidak menyerahkan anggota tubuh
kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, sebab “Barangsiapa menjadi
milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan
keinginannya.” (Galatia 5:24).
Kedua,
kita harus setia menantikan kedatangan-Nya. “Banyak orang menyebut diri baik
hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6). Tanpa
kesetian, seseorang akan mudah kecewa dan berubah sikap saat yang
dinanti-nantikan itu belum juga datang.
“Marilah
kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan
Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” (Wahyu 19:7)
Alkitab
menyatakan bahwa “Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;
lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.” (Amsal 19:22). Sementara
di masa-masa sekarang ini tidak sedikit orang Kristen yang mulai tidak setia
mengiring Tuhan. Karena masalah, kesesakan atau doa-doa yang belum terjawab
mereka begitu mudahnya kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, lalu berpaling dari
Tuhan, meninggalkan Dia dan menambatkan hati kepada dunia ini “....maukah kita
membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?” (1 Korintus
10:22). Sungguh benar kata pemazmur, “....telah lenyap orang-orang yang setia
dari antara anak-anak manusia.” (Mazmur 12:2).mari kita belajar untuk setia
menanti-nantikan Tuhan. “Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan
aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal
mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mazmur
130:5-6).
Ketiga,
kita diminta untuk mengasihi Tuhan lebih dari segala yang ada. “Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia
tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:37). Faktanya? Banyak orang lebih mencintai
uang, harta, pekerjaan, popularitas atau jabatan, daripada mengasihi Tuhan.
Akhirnya mereka meremehkan dan mengabaikan jam-jam ibadah dan persekutuan
dengan Tuhan dan memilih menghabiskan waktu untuk perkara-perkara duniawi. Jika
seseorang tidak mengasihi pasangannya lebih dari yang lain, bagaimana hubungan
ini bisa berlanjut ke jenjang pernikahan? Tak seorang pun mau jika calon
pasangannya itu selingkuh atau mempunyai affair dengan yang lain. Setiap
pasangan pasti menginginkan suatu hubungan yang semakin hari semakin dekat dan
saling mengasihi satu sama lain.
Milikilah
kerinduan yang dalam kepada Tuhan, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu
dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah
Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:11).
“Sebagai
calon mempelai Kristus, kita harus menjaga hidup kita supaya tetap kudus,
memiliki kesetiaan dan mengasihi Dia lebih dari segalanya, sampai Ia datang!”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar