“Apabila
bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka
tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang
baik pada pemandangannya.” (Yeremia 18:4)
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa setiap orang Kristen pasti menginginkan
berkat-berkat Tuhan dalam hidupnya. Namun dalam pengiringan kita kepada Tuhan
janganlah kita hanya menikmati berkat-berkat-Nya saja, sementara kita tidak mau
dibentuk dan diproses Tuhan. Siapakah kita ini di hadapan Tuhan sehingga kita
mau mengatur Tuhan? Ingat, kita adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang
Penjunan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan Yeremia untuk pergi ke tukang
periuk supaya ia dapat belajar dari apa yang diperbuat si tukang periuk
terhadap tanah liat sebelum menjadi bejana yang indah dan memiliki nilai guna.
"Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak
punya tangan!" (Yesaya 45:9).
Agar
kita menjadi bejana Tuhan yang berharga dan digunakan untuk tujuan yang mulia
kita pun harus rela dan mau dibentuk oleh Tuhan, sebab tanah liat tidak secara
otomatis berubah menjadi bejana yang halus dan menarik tanpa melewati proses
terlebih dahulu. Proses inilah yang seringkali kita hindari karena kita
merasakan sakit yang luar biasa sehingga kita pun memberontak, kecewa dan marah
kepada Tuhan. Namun semakin kita memberontak proses itu akan terasa lama dan
menyakitkan. Bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan Tuhan di padang
gurun selama 40 tahun lamanya oleh karena mereka suka memberontak,
bersungut-sungut, mengeluh dan hidup dalam ketidaktaatan alias tegar tengkuk.
Bisa saja tukang periuk membuat bejana itu secara cepat atau instan, tapi
hasilnya? Tidak bisa dijamin kualitasnya, dan mungkin saja bejana tersebut
tidak bisa bertahan lama, retak dan mudah pecah.
Maukah
kita menjadi bejana atau perabot Tuhan yang bermutu rendah, biasa saja dan
berharga murah? Setiap kita pasti ingin menjadi bejana Tuhan untuk tujuan yang
mulia, menjadi anak-anak Tuhan yang outclass (unggul). Untuk itu ada harga yang
harus dibayar. Karena itu jangan mengeraskan hati! Hati yang keras tak ubahnya
seperti tanah keras yang perlu dilebur dan digemburkan sampai tanah itu
benar-benar siap untuk dibentuk menjadi bejana sesuai dengan rencana tukang
periuk.
“Siapakah
kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata
kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"
(Roma 9:20)
Tuhan
selalu punya cara membentuk dan memperoses kita, bisa melalui masalah, ujian,
penderitaan, sakit-penyakit, krisis keuangan, bahkan melalui berkat atau
kelimpahan.
“Apakah
tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal
yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain
untuk dipakai guna tujuan yang biasa?” (Roma 9:21). Artinya Tuhan memiliki hak
penuh atas hidup kita karena Dialah Sang Penjunan, sedangkan kita ini adalah
tanah liat-Nya, karena itu Ia akan membentuk kita sesuai dengan kehendak dan
rencana-Nya. Sebagai tanah liat kita tidak dapat menentukan sendiri akan
menjadi bejana yang bagaimana dan seperti apa kita ini karena hal itu
sepenuhnya tergantung dari Sang Penjunan. Bagaimana supaya kita menjadi
bejana-Nya yang mulia? Tidak ada jalan lain selain kita harus tunduk dan
berserah penuh kepada Tuhan, menanggalkan manusia lama dan menyucikan diri
terhadap hal-hal yang jahat supaya kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan
yang baik dan mulia “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia
akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang
layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”
(2 Timotius 2:21). Karena itu, “...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah
keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru
kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari,
yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan
pertengkaran,” (2 Timotius 2:22-23).
Ada
banyak orang Kristen yang sudah merasa cukup menjadi perabot Tuhan untuk tujuan
yang biasa-biasa. Mereka tidak mau membayar harga, enggan meninggalkan dosa dan
segala bentuk kecemaran dunia ini, padahal Alkitab tegas mengingatkan: “Allah
memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”
(1 Tesalonika 4:7). Tuhan akan dan siap memakai kita untuk tujuan-Nya yang
mulia asal kita terlebih dahulu mau menyucikan diri.
Ingin
menjadi bejana Tuhan yang mulia? “....Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah
dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka
Aku akan menerima kamu.” (2 Korintus 6:17).
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
sangat memberkati
BalasHapus