“Maka
berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata
Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab
imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada
Kaisar!" (Yohanes 19:15)
Dalamnya
lautan bisa diukur, tapi dalamnya hati siapa yang bisa menduganya? Itulah
ungkapan yang mengungkapkan setiap orang punya misteri dalam dirinya.
Tindakannya di depan orang lain senantiasa punya maksud. Ungkapan ini gambaran
sikap manusia yang bisa berubah setiap saat. Contohnya pada pertengahan tahun
lalu ada sebuah SMS dikirim ke salah satu media massa lokal. Isinya, “Sebentar
kita memuji-muji seseorang, sebentar kemudian kita menghujatnya. Sebentar
menghujat, sebentar mendukungnya.”
Itulah
sifat manusia. Tidak bisa diandalkan karena bisa berubah setiap saat. Sebentar
bicara A, semenit kemudian bisa bicara B. Hal yang sama juga dilakukan bangsa
Israel yang ada di Yerusalem. Ketika kebutuhan dan keinginan mereka terpenuhi,
mereka menyanjung setinggi langit kedatangan Tuhan Yesus ke tengah-tengah
mereka. Semua orang di sana melontarkan pujian bagi Tuhan Yesus, bahkan mereka
mengalasi jalan yang akan dilalui-Nya dengan pakaian mereka “Mereka membawa
keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong
Yesus naik ke atasnya. Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka
menghamparkan pakaiannya di jalan. Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan
menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira
dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah
mereka lihat. Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja
dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang
mahatinggi!" (Lukas 19:35-38). Namun tiga setengah tahun kemudian mereka
kompak menuntut kematian Yesus. Mereka lebih memilih Barabas ketimbang Yesus.
Ketika
kita populer, banyak yang datang mendekat pada kita dan menyanjung meski tidak
semuanya tulus. Banyak orang menyanjung untuk menutupi apa yang ada di benak
mereka. Iri hati, harapan untuk dipromosiin dan sejuta rahasia lainnya. Mari,
kita sikapi dengan bijak dukungan yang mengalir pada kita. Usahakan agar hati
kita tidak menjadi over pede dan sombong. Demikian pula, kalau kita saat ini
dijatuhkan orang yang semula mendukung kita. Seharusnya kita tidak terkejut
lagi karena orang Israel dahulu juga berkhianat pada Yesus. Namun, Tuhan Yesus
sudah memberikan teladan untuk mengampuni mereka. Dia memilih jalan untuk
setia. Jadi, mari kita meneladani-Nya!
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar