Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

LEVEL BARU DALAM MENGASIHI



“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)

Mengasihi adalah suatu tindakan universal yang dilakukan oleh setiap manusia sebagai sebuah ungkapan kasih terhadap seseorang atau sesuatu. Orangtua mengasihi anak-anaknya demikian juga sebaliknya anak-anak mengasihi orangtua; suami mengasihi istri, istri pun mengasihi suami. Ungkapan kasih dinyatakan melalui tindakan nyata. Kita seringkali menyatakan kasih dengan memberikan perhatian, perlindungan, memberikan bantuan maupun hadiah dan lain sebagainya. Itulah yang umum kita lakukan.
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” (1 Yohanes 3:16).
Melalui tuntunan Tuhan ini, kita sedang dibawa naik kedalam level yang baru dalam mengasihi, dimana ungkapan kasih yang kita nyatakan bukan sekedar memberikan perhatian atau hadiah, melainkan bahkan rela menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Bukti bahwa Kristus Yesus mengasihi kita adalah Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Dan salah satu respon kita terhadap kasih Kristus yang telah kita terima adalah menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara tentunya bukanlah “mati konyol” (menyia-nyiakan hidup kita) untuk mereka. Bagaimanakah cara kita menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara kita?
1.       Rela Menderita Untuk Melayani Tuhan dan Jiwa-jiwa.
Rasul Paulus adalah teladan orang yang menyerahkan hidup untuk melayani Tuhan dan jiwa-jiwa. Kalau kita merenungkan dan mempelajari hidup Rasul Paulus, kita akan mendapati bahwa Rasul Paulus tidak mengambil keuntungan pribadi dari pelayanan serta pemberitaan Injil yang dilakukannya. Namun demikian Rasul Paulus rela menderita, menanggung penderitaan akibat pelayanan serta pemberitaan Injil yang kita lakukan.
“Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” (2 Korintus 11:23-28).
Mungkin dalam pelayanan dan pemberitaan Injil, kita tidak mengalami seberat yang Rasul Paulus alami. Yang menjadi bahan perenungan kita bukanlah persoalan berat atau ringannya melainkan kerelaan hati kita dalam ikut menderita sebagai prajurit Tuhan dalam melayani dan memberitakan Injil. “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.” (2 timotius 2:3).
2.       Berani Menyerahkan Hidup untuk Memberitakan Injil.
Dalam terjemahan lain, Alkitab menyatakan bahwa menyerahkan nyawa memiliki pengertian yang sama dengan menyrahkan hidup/kehidupan kita. Artinya segala aspek kehidupan kita berani kita serahkan untuk pemberitaan Injil. Apa saja yang dapat kita kita serahkan dari hidup kita bagi pemberitaan Injil?
a.       Waktu kita.
b.       Tenaga kita
c.       Harta kita.
Pertanyaannya: seberapa banyak waktu, tenaga dan harta kita yang kita serahkan kepada Tuhan bagi pemberitaan Injil?
“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” (2 Korintus 8:1-5).
Kasih Kristus yang telah kita terima dan kita alami pasti mendorong kita untuk berani menyerahkan hidup untuk memberitakan Injil.
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar