“Tidak
ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya
untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)
Mengasihi
adalah suatu tindakan universal yang dilakukan oleh setiap manusia sebagai
sebuah ungkapan kasih terhadap seseorang atau sesuatu. Orangtua mengasihi
anak-anaknya demikian juga sebaliknya anak-anak mengasihi orangtua; suami
mengasihi istri, istri pun mengasihi suami. Ungkapan kasih dinyatakan melalui
tindakan nyata. Kita seringkali menyatakan kasih dengan memberikan perhatian,
perlindungan, memberikan bantuan maupun hadiah dan lain sebagainya. Itulah yang
umum kita lakukan.
“Demikianlah
kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk
kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” (1
Yohanes 3:16).
Melalui
tuntunan Tuhan ini, kita sedang dibawa naik kedalam level yang baru dalam
mengasihi, dimana ungkapan kasih yang kita nyatakan bukan sekedar memberikan
perhatian atau hadiah, melainkan bahkan rela menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita.
Bukti
bahwa Kristus Yesus mengasihi kita adalah Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk
menebus dosa-dosa kita. Dan salah satu respon kita terhadap kasih Kristus yang
telah kita terima adalah menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara tentunya bukanlah “mati konyol”
(menyia-nyiakan hidup kita) untuk mereka. Bagaimanakah cara kita menyerahkan
nyawa untuk saudara-saudara kita?
1. Rela Menderita Untuk Melayani
Tuhan dan Jiwa-jiwa.
Rasul
Paulus adalah teladan orang yang menyerahkan hidup untuk melayani Tuhan dan
jiwa-jiwa. Kalau kita merenungkan dan mempelajari hidup Rasul Paulus, kita akan
mendapati bahwa Rasul Paulus tidak mengambil keuntungan pribadi dari pelayanan
serta pemberitaan Injil yang dilakukannya. Namun demikian Rasul Paulus rela
menderita, menanggung penderitaan akibat pelayanan serta pemberitaan Injil yang
kita lakukan.
“Apakah
mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku
lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar
batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap
kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku
dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku
terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya
banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak
orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di
tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih
lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga;
kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut
banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua
jemaat-jemaat.” (2 Korintus 11:23-28).
Mungkin
dalam pelayanan dan pemberitaan Injil, kita tidak mengalami seberat yang Rasul
Paulus alami. Yang menjadi bahan perenungan kita bukanlah persoalan berat atau
ringannya melainkan kerelaan hati kita dalam ikut menderita sebagai prajurit
Tuhan dalam melayani dan memberitakan Injil. “Ikutlah menderita sebagai seorang
prajurit yang baik dari Kristus Yesus.” (2 timotius 2:3).
2. Berani Menyerahkan Hidup untuk
Memberitakan Injil.
Dalam
terjemahan lain, Alkitab menyatakan bahwa menyerahkan nyawa memiliki pengertian
yang sama dengan menyrahkan hidup/kehidupan kita. Artinya segala aspek
kehidupan kita berani kita serahkan untuk pemberitaan Injil. Apa saja yang
dapat kita kita serahkan dari hidup kita bagi pemberitaan Injil?
a. Waktu kita.
b. Tenaga kita
c. Harta kita.
Pertanyaannya:
seberapa banyak waktu, tenaga dan harta kita yang kita serahkan kepada Tuhan
bagi pemberitaan Injil?
“Saudara-saudara,
kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan
kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai
penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun
mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan
menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan
sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh
kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.
Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan
diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah
juga kepada kami.” (2 Korintus 8:1-5).
Kasih
Kristus yang telah kita terima dan kita alami pasti mendorong kita untuk berani
menyerahkan hidup untuk memberitakan Injil.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar