"Jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21)
Kepada
orang muda kaya yang bermaksud memiliki hidup kekal (hidup yang berkualitas
tinggi). Tuhan Yesus menetapkan harga mati yang tidak boleh dikurangi. Agar
bisa sempurna atau dikenan-Nya, Tuhan memintanya meninggalkan semua harta
miliknya dan menggantinya dengan mengikut Yesus.
Orang
muda kaya tersebut rupanya tidak bersedia memenuhi apa yang dikehendaki Tuhan.
Matius mencatat bahwa ia pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Apakah
Yesus lalu berpikir, “Sayang, orang itu jangan sampai pergi” lantas
memanggilnya untuk berbalik kembali kepada-Nya, dan bersedia mengurangi
“harganya?” Tidak, Yesus tidak berkenan kepadanya. Ia membiarkan orang muda itu
pergi untuk binasa. Di sini tampak jelas bahwa Tuhan tidak mau berkompromi
dengan manusia yang tidak bersedia tunduk kepada-Nya secara mutlak.
“Perkenanan
Bapa adalah standar hidup yang dimiliki setiap anak Tuhan; tidak bisa
dikurangi.” Bapa bukan pedagang yang mau tawar-menawar dengan pembeli demi
barangnya laku atau terbeli. Ia sudah menetapkan harga, dan Ia tidak
menginginkannya ditawar sama sekali. Manusia mau “membelinya”, silahkan; kalau
tidak mau, ya silahkan.
Harga
mati ini berarti standar “dikenan Bapa” yang ditetapkan Tuhan adalah mutlak dan
permanen. Dalam hal ini, Tuhan belum tentu menerima orang yang merasa dirinya
baik, atau bahkan dinilai baik oleh semua orang, sebab kebaikan di mata diri
sendiri dan orang lain bukanlah harga yang diterima Bapa. Jadi jangan
sekali-kali merasa sudah dikenan Bapa karena merasa diri sendirri sebagai orang
baik atau dinilai sebagai orang baik oleh manusia lain. Itu subjektivitas
manusia belaka. Kebaikan harus dipandang dari mata Bapa, yaitu dengan melakukan
kehendak-Nya.
Oleh
sebab itu kita harus sungguh-sungguh berusaha setiap hari untuk memiliki
kehidupan yang dikenan-Nya. Usaha itu tidak boleh setengah-setengah atau
asal-asalan, tetapi harus dengan segenap hati, jiwa, ketaatan dan seluruh akal
budi kita. Tanpa didasari segenap kehidupan kita, kita tidak mungkin sampai
kepada target yang dikehendaki Bapa. Kalau ini dapat diraih orang dengan mudah,
sebab seperti tertulis di Alkitab, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit
yang dipilih." (Matius 22:14). Kesediaan berusaha untuk meraih target ini
merupakan respons yang benar terhadap keselamatan yang disediakan Tuhan bagi
kita; jika kita tidak bersedia, berarti kita menyia-nyiakan keselamatan itu
“bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang
sebesar itu,” (Ibrani 2:3).
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar