"Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk
Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang
menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap
kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang
jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!” (Yeremia
18:11)
Pada zaman prasejarah, manusia purba ternyata sudah
membuat periuk besar untuk memasak. Baru-baru ini meseum di Jepang
memamerkan koleksi periuk yang terbuat dari tanah liat sebagai alat
memasak manusia purba. Sebuah penelitian baru mengungkap kemungkinan
bahan makanan yang dimasak manusia purba pada 15.000 tahun lalu. Para
peneliti dari Jepang menduga salmon sabagai makanan laut yang diolah
dalam periuk besar tersebut. Penemuan aerkologi di Cina dan Jepang
menunjukkan bahwa manusia telah membuat wadah tanah liat sejak 20.000
tahun lalu.
Berbeda dengan cerita diatas bacaan kita kali ini adalah
bagian dari kitab Yeremia dalam Perjanjian Lama. Perikop ini berisi
perkataan Nabi Yeremia bin Hilkia, tentang Yehuda dan Yerusalem, yang
hidup pada zaman raja Yosiam Yoyakim, Yoyakim dan Zedekia dari Kerajaan
Yehuda sekitar abad ke-7 SM. Yeremia, diperintahkan untuk pergi ke rumah
tukang periuk untuk menyaksikan pembuatan periuk dari tanah liat.
Karena periuk tidak sesuai dengan maksud tukangnya, ia harus
membentuknya kembali menjadi sesuatu yang lain agar sesuai dengan
rencana semula.
Demikian halnya Tuhan. Dia pun mempunyai kebebasan
untuk mengubah rencana-rencana-Nya bagi kehidupan kita. Jkalau Tuhan
telah merencanakan kebaikan dan berkat bagi kita, kemudian kita
memberontak kepada –Nya. Dia dapat membentuk kita menjadi periuk untuk
di binasakan (ay. 18:7-11). Namun di sisi lain, jika kita karena keras
kepala kita sendiri, menjadi periuk untuk dibinasakan, tetapi kemudian
bertobat, Tuhan akan mulai membentuk kita menjadi perabot untuk
kehormatan dan berkat.
Tukang periuk atau penjunan hidup kita adalah
Tuhan. Dia memiliki hak sepenuhnya atas hidup kita. Tuhan bisa
memberkati kita, hal itu tergantung pada keputusan diri sendiri. Jika
kita bertobat dan hidup sesuai kehendak-Nya, berkat yang kita terima.
Namun, jika kita memberontak pada Tuhan selamanya, kebinasaanlah yang
akan kita terima saat ini, manakah yang Anda pilih?
Bertobatlah dan hiduplah sesuai kehendak Tuhan, selagi masih ada kesempatan untuk itu. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar