“Janganlah
membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua
orang!” (Roma 12:17)
Ketika
misionaris pertama tiba di Alberta, Kanada, mereka mendapatkan perlawanan
sengit dari kepala suku Indian Cree yang masih muda, bernama Maskepetoon. Namun
pria itu kemudian menyambut berita Injil dan menerima Kristus. Tidak lama
berselang, seorang warga suku Blacfoot membunuh ayahnya. Maskepetoon menunggang
kuda ke desa si pembunuh dan menuntut orang itu di bawa ke hadapannya. Ia
berkata kepada si pembunuh itu, “Kau sudah membunuh ayahku, maka sekarang juga
kau harus menjadi ayahku. Kau harus menunggang kuda terbaikku dan mengenakan
pakaian terbaikku!” Ternganga keheranan dan sekaligus tertempelak penuh
penyesalan, orang itu berseru, “Anakku, kini engkau membunuhku!” Maksudnya,
kebencian yang bercokol dalam hatinya terhapuskan sepenuhnya oleh pengampunan
dan kebaikan hati sang kepala suku.
Setelah
berbicara tentang “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup”
sebagai tanggapan atas kemurahan Allah, “
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).
Paulus memaparkan tindakan praktis untuk mempersembahkan tubuh, yaitu dengan
hidup dalam kasih.
Menariknya,
ungkapan kasih ini sebagian besar berkaitan dengan sikap kita dalam menghadapi kejahatan
yang menimpa diri kita. Selain mengampuni dan menyerahkan pembalasan kepada
Allah, kasih karunia-Nya memapukan kita bertindak lebih jauh: membalas
kejahatan itu dengan kebaikan. Itulah yang dialami Maskepetoon.
Kita
juga telah menerima kasi karunia Allah. Jika kejahatan kita yang begitu besar
sudah diampuni oleh Allah, bagaimana kita akan memperlakukan orang-orang yang
menyakiti kita?
Dendam
menyemai kedengkian; pengampunan memupus kebencian. Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar