Halaman

Kamis, 12 September 2013

MEMUPUS KEBENCIAN



“Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!” (Roma 12:17)

Ketika misionaris pertama tiba di Alberta, Kanada, mereka mendapatkan perlawanan sengit dari kepala suku Indian Cree yang masih muda, bernama Maskepetoon. Namun pria itu kemudian menyambut berita Injil dan menerima Kristus. Tidak lama berselang, seorang warga suku Blacfoot membunuh ayahnya. Maskepetoon menunggang kuda ke desa si pembunuh dan menuntut orang itu di bawa ke hadapannya. Ia berkata kepada si pembunuh itu, “Kau sudah membunuh ayahku, maka sekarang juga kau harus menjadi ayahku. Kau harus menunggang kuda terbaikku dan mengenakan pakaian terbaikku!” Ternganga keheranan dan sekaligus tertempelak penuh penyesalan, orang itu berseru, “Anakku, kini engkau membunuhku!” Maksudnya, kebencian yang bercokol dalam hatinya terhapuskan sepenuhnya oleh pengampunan dan kebaikan hati sang kepala suku.
Setelah berbicara tentang “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup” sebagai tanggapan atas kemurahan Allah,   Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1). Paulus memaparkan tindakan praktis untuk mempersembahkan tubuh, yaitu dengan hidup dalam kasih.
Menariknya, ungkapan kasih ini sebagian besar berkaitan dengan sikap kita dalam menghadapi kejahatan yang menimpa diri kita. Selain mengampuni dan menyerahkan pembalasan kepada Allah, kasih karunia-Nya memapukan kita bertindak lebih jauh: membalas kejahatan itu dengan kebaikan. Itulah yang dialami Maskepetoon.
Kita juga telah menerima kasi karunia Allah. Jika kejahatan kita yang begitu besar sudah diampuni oleh Allah, bagaimana kita akan memperlakukan orang-orang yang menyakiti kita?
Dendam menyemai kedengkian; pengampunan memupus kebencian. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar