“Jangan
melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan,
yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan
menyemburkan bisa seperti beludak.” (Amsal 23:31-32)
Karena
bujukan teman, seorang mahasiswi meneguk minuman berkadar alkohol tinggi.
Sesudah tegukan kesekian, kesadarannya mulai melemah dan akhirnya hilang. Malam
itu ia tertidur dalam keadaan mabuk berat. Keesokan harinya, bencana tiba tanpa
disangka. Teman kos yang tinggal sekamar dengannya kedapatan tergeletak mati
terbunuh. Tentu saja sasaran terdekat yang diperikas oleh polisi adalah dia.
Mungkin ia memang pelakunya tatkala ia sedang mabuk. Mungkin bukan. Tak ada
yang tahu. Celakanya ia tak kuasa membela diri sebab tak tersisa memori apa pun
padanya tentang kejadian malam itu.
Menurut
penulis Amsal, orang yang mabuk bisa melakukan apa saja, termasuk bertengkar
dan adu pukul, “Siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar? Siapa
berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya? Engkau
akan berkata: "Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang
memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur
lagi." (Amsal 23:29,35). Ia bisa mengalami cedera. Atau sebaliknya,
mencederai orang lain. Meskipun mungkin tanpa sengaja. Mengapa bisa demikian?
Karena ia tengah kehilangan kesadaran. Tak dapat membedakan antara khayalan dan
kenyataan.
Penglihatan
dan perkataannya serba kacau, “Lalu matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan
hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau.” (Amsal 23:33). Akibatnya, ia menyeret
dirinya ke dalam bahaya, bahkan mengandung bencana yang datang seperti pagutan
ular berbisa, “tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti
beludak.” (Amsal 23:32).
Minuman
keras adalah musuh bagi kesadaran kita. Rasul Paulus pun mengingatkan agar anak
Tuhan jangan mabuk karena anggur, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena
anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,” (Efesus
5:18). Tak perlu mencobanya. Tak semua hal di dalam kehidupan ini perlu dicoba.
Kenikmatannya tak seberapa. Kesulitan yang bakal muncul terlalu mahal harganya.
Memang akibatnya belum tentu separah yang dialami mahasiswi tadi, namun perlukah
kita menyerempetnyerempet bahaya?
Tak
perlu mencoba sesuatu yang kita bakal tak mampu mengendalikannya. Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar