Halaman

Jumat, 27 September 2013

ORANGTUA YANG BERBAHAGIA


          
“Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.” (3 Yohanes 1:4)

Mari kita simak pembicaraan dua sahabat yang telah lama tidak pernah bertemu. Yang pertama bernama si Poltak dan sahabatnya, Maruli. Sambil bersantai menikmati makanan kecil di sebuah kedai kopi, mereka duduk berbincang tentang masa lalu dan keluarga masing-masing. Poltak bercerita bahwa ia kini menjadi supir taksi, sementara kedua anaknya sudah memiliki pekerjaan tetap. Anak pertama bekerja sebagai supir pribadi, sedangkan anaknya yang kedua bekerja sebagai SPG di sebuah toko pakaian di Mall. “sekalipun penghasilan yang diperoleh oleh anak-anak tiap bulan tidak besar, dan karena itu mereka kerap tidak bisa memberi orangtuanya jatah bulanan, tetapi itu bukan masalah. Bagi saya dan istri, melihat mereka bisa tumbuh besar dan hidup lurus di tengah dunia yang bengkok sudah merupakan kebahagian yang luar biasa,” ujarnya.
Apa yang diharapkan orangtua dari anak-anaknya? Bila kita berpikir bahwa menjadi orang yang pintar, kaya, terpandang, dan memiliki kekayaan berlimpah merupakan cara terbaik membahagiakan orangtua, itu memang ada benarnya. Sebab, bagaimanapun tidak ada orangtua yang ingin anak-anaknya hidup susah terutama seperti orang batak yang punya falsafah, “anakko ku do hamoraon di ahu”. Namun jika ternyata kita tidak memiliki kehidupan seperti itu, apakah artinya kita tidak dapat membahagiakan orangtua? Tentu saja tidak.
Sesungguhnya kebahagian terbesar orangtua adalah saat mendapati anak-anaknya bisa hidup dengan benar sehingga mampu menjaga nama baik keluarga. Hal yang sama juga diutarakan Yohanes dalam suratnya kepada orang-orang percaya. Sebagai bapak rohani, sukacita terbesarnya adalah saat mendapati anak-anak rohaninya tetap hidup benar sesuai tuntunan firman Tuhan. Perkataan Yohanes ini sekaligus merupakan pujian kepada orang-orang percaya yang telah menjaga iman ditengah berbagai tantangan kesesatan zaman. Sebab dengan menjalani kehidupan seperti itu, orang-orang percaya tidak hanya menjaga dirinya dari berbagai cobaan. Melainkan juga karena perkenanan Tuhan atas dirinya.
Saudara-saudaraku terkasih, membahagiakan orangtua adalah panggilan. Apakah kita telah menjadi anak yang mampu membahagiakan mereka? Bukan hanya orangtua di dunia, tetapi juga orangtua kita di surga, Bapa di surga.
Anak yang berbakti adalah anak yang sedang membahagiakan orangtua dan dirinya sendiri. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar