Halaman

Kamis, 10 Oktober 2013

IA LAYAK DITOLONG



“Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." (Lukas 7:4-5)

Seseorang datang mengeluh kepda kami dengan mengatakan bahwa ia kecewa kepada Tuhan. Menurutnya ia telah banyak berkorban untuk pelayanan gereja, tetapi masalahnya justru semakin banyak dan tak kunjung  selesai. Ia merasa layak ditolong, tetapi Tuhan seolah tak mau menolongnya.
Sebagai manusia kita tentu memiliki banyak harapan, dan kita berharap Tuhan mengabulkannya. Kita berharap bahwa ketaatan kita kepada-Nya selalu berbuah manis, bahwa Dia akan selalu memenuhi keinginan kita. Ketika Tuhan tidak memenuhinya, kita kecewa dan menuduh Tuhan tidak adil. Nah, apakah memang harus seperti itu? Bagi tua-tua Yahudi dalam bacaan nats Alkitab hari ini tampaknya, “ya” tetapi bagi Yesus “tidak”.
Perhatikan bahwa Yesus membandingkan iman perwira itu dengan iman orang Israel. Jadi, hamba perwira itu sembuh bukan karena perbuatan tuannya menolong orang Yahudi membangun rumah ibadat, melainkan karena imannya yang tidak tanggung-tanggung kepada Yesus. Iman inilah yang membuat Yesus terheran-heran, “Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" (Lukas 7:9).
Karena itu, masihkah kita akan “menuntut” berkat Tuhan dengan mengandalkan perbuatan baik kita? Apakah kita akan menyatakan bahwa kita layak ditolong karena kita telah banyak melayani, memberikan persembahan, menolong orang lain? Perspektif semacam ini perlu diluruskan. Pertama, kita akan ditolong Tuhan. Kedua, pertolongan-Nya tidak selalu berlangsung menurut waktu dan cara yang kita harapkan. Maukah kita mengamininya?
Mari kita camkan baik-baik, “Pertolongan Tuhan itu mendatangkan kebaikan bagi kita, bukan untuk membalas kebaikan kita”.
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar