Halaman

Selasa, 14 Oktober 2014

DOA KUNCI DIPIMPIN ROH KUDUS



“Tetaplah berdoa.” (1 Tesalonika 5:17)

Sikap yang harus kita kembangkan untuk mengalir bersama Roh Kudus dan berada dalam pimpinan-Nya adalah senantiasa berjaga-jaga dan berdoa. Tuhan Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Rsul Paulus juga menasihati jemaat di Efesus, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,” (Efesus 6:18). Hal ini menunjukkan bahwa doa adalah unsure terpenting dalam kehidupan orang percaya. Doa yang dalam bahasa Yunani “prosyookhal” memiliki arti “mendekat dengan suatu tekad bulat untuk menerima sesuatu dari Tuhan”; suatu hubungan pribadi antara orang percaya dengan Tuhan sebagai wujud keintiman. Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagaimana Ia membangun keintiman dengan Bapa di sorga “….Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” (Matius 14:23), bahkan “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35). Itulah sebabnya saat berada di taman Getsemani Yesus menegur keras murid-murid-Nya yang kedapatan tertidur sementara Ia sedang berdoa. "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Matius 26:40). Semakin kita bergaul karib dengan Tuhan semakin kita merasakan penyertaan Tuhan lebih nyata lagi. Langkah kaki kita pun otomatis akan diarahkan oleh Roh Kudus kepada ketaatan dan penundukan diri sehingga kita dapat berkata, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20). Sungguh di dalam doa terkandung suatu kuasa adikodrati yang memampukan kita untuk melawan pergumulan daging.
Sudahkah kita bertekun dalam doa? Kata “bertekun” berarti melakukannya secara terus-menerus dan penuh kesungguhan. Inilah cara menaruh pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas. “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3:2).
Jangan berkata bahwa kita hidup dipimpin oleh Roh Kudus jika kita sendiri tidak pernah berdoa!
“Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.” (Efesus 6:20b).
Ketika kita bertekun dalam doa kita sedang masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan, yaitu “…menjadi satu roh dengan Dia.” (1 Korintus 6:17), artinya semakin kita intim dengan Tuhan melalui doa, kita akan mengalami dan menikmati hadirat-Nya. Ini seperti ranting yang melekat pada pokok anggur, sebab kita tahu bahwa “….ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yohanes 15:4). Alkitab menambahkan; “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Karena itu kita harus menjadikan doa sebagai gaya hidup kita setiap hari sebagai tanda bahwa kita melekat kepada Tuhan dan punya sikap berjaga-jaga.
Dengan melekat kepada Tuhan berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan, “…sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b). saat itulah Tuhan memberikan kepada kita Penolong yaitu Roh Kudus yang akan menyertai dan memimpin kita kepada kebenaran, karena Ia tahu bahwa kita memiliki banyak kelemahan dan punya kecenderungan untuk mengikuti keinginan dan kehendak sendiri. Tanpa Roh Kudus sulit bagi kita untuk hidup dalam kebenaran karena setiap hari kita dihadapkan pada perkara-perkara dunia yang membawa kita kepada segala kecemaran dan jauh dari kata kudus. Ada pun kehendak Tuhan adalah “…bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” (1 Tesalonika 4:7).
Melalui karya pengorbanan Kristus di Kalvari setiap orang percaya telah diselamatkan, diampuni dosanya dan dikuduskan-Nya, karena itu kita harus berjuang untuk mempertahankan “status” kita ini, yang dulunya sebagai hamba dosa dan yang kini menjadi hamba kebenaran “Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” (Roma 6:17-18) hal tersebut adalah seturut kehendak Tuhan. Untuk itulah kita sangat membutuhkan Roh Kudus, oleh-Nya kita dituntun kepada kebenaran dan memampukan kita berjalan dalam kekudusan.
“Roh Kudus akan mengerjakan hal-hal yang kudus sesuai dengan firman Tuhan dalam hidup kita asal kita selalu melekat kepada Tuhan.
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar