“Tetaplah
berdoa.” (1 Tesalonika 5:17)
Sikap
yang harus kita kembangkan untuk mengalir bersama Roh Kudus dan berada dalam
pimpinan-Nya adalah senantiasa berjaga-jaga dan berdoa. Tuhan Yesus berkata,
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:
roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Rsul
Paulus juga menasihati jemaat di Efesus, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh
dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak
putus-putusnya untuk segala orang Kudus,” (Efesus 6:18). Hal ini menunjukkan
bahwa doa adalah unsure terpenting dalam kehidupan orang percaya. Doa yang
dalam bahasa Yunani “prosyookhal” memiliki arti “mendekat dengan suatu tekad
bulat untuk menerima sesuatu dari Tuhan”; suatu hubungan pribadi antara orang
percaya dengan Tuhan sebagai wujud keintiman. Yesus sendiri telah meninggalkan
teladan bagaimana Ia membangun keintiman dengan Bapa di sorga “….Yesus naik ke
atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di
situ.” (Matius 14:23), bahkan “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia
bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
(Markus 1:35). Itulah sebabnya saat berada di taman Getsemani Yesus menegur
keras murid-murid-Nya yang kedapatan tertidur sementara Ia sedang berdoa.
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Matius 26:40).
Semakin kita bergaul karib dengan Tuhan semakin kita merasakan penyertaan Tuhan
lebih nyata lagi. Langkah kaki kita pun otomatis akan diarahkan oleh Roh Kudus
kepada ketaatan dan penundukan diri sehingga kita dapat berkata, “namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku.” (Galatia 2:20). Sungguh di dalam doa terkandung suatu kuasa
adikodrati yang memampukan kita untuk melawan pergumulan daging.
Sudahkah
kita bertekun dalam doa? Kata “bertekun” berarti melakukannya secara
terus-menerus dan penuh kesungguhan. Inilah cara menaruh pikiran kita kepada perkara-perkara
yang di atas. “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose
3:2).
Jangan
berkata bahwa kita hidup dipimpin oleh Roh Kudus jika kita sendiri tidak pernah
berdoa!
“Berdoalah
supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku
berbicara.” (Efesus 6:20b).
Ketika
kita bertekun dalam doa kita sedang masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan,
yaitu “…menjadi satu roh dengan Dia.” (1 Korintus 6:17), artinya semakin kita
intim dengan Tuhan melalui doa, kita akan mengalami dan menikmati hadirat-Nya.
Ini seperti ranting yang melekat pada pokok anggur, sebab kita tahu bahwa
“….ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal
pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal
di dalam Aku.” (Yohanes 15:4). Alkitab menambahkan; “Setiap ranting pada-Ku
yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Karena itu
kita harus menjadikan doa sebagai gaya hidup kita setiap hari sebagai tanda
bahwa kita melekat kepada Tuhan dan punya sikap berjaga-jaga.
Dengan
melekat kepada Tuhan berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan,
“…sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b). saat
itulah Tuhan memberikan kepada kita Penolong yaitu Roh Kudus yang akan
menyertai dan memimpin kita kepada kebenaran, karena Ia tahu bahwa kita
memiliki banyak kelemahan dan punya kecenderungan untuk mengikuti keinginan dan
kehendak sendiri. Tanpa Roh Kudus sulit bagi kita untuk hidup dalam kebenaran
karena setiap hari kita dihadapkan pada perkara-perkara dunia yang membawa kita
kepada segala kecemaran dan jauh dari kata kudus. Ada pun kehendak Tuhan adalah
“…bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” (1
Tesalonika 4:7).
Melalui
karya pengorbanan Kristus di Kalvari setiap orang percaya telah diselamatkan,
diampuni dosanya dan dikuduskan-Nya, karena itu kita harus berjuang untuk
mempertahankan “status” kita ini, yang dulunya sebagai hamba dosa dan yang kini
menjadi hamba kebenaran “Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu
hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran
yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi
hamba kebenaran.” (Roma 6:17-18) hal tersebut adalah seturut kehendak Tuhan.
Untuk itulah kita sangat membutuhkan Roh Kudus, oleh-Nya kita dituntun kepada
kebenaran dan memampukan kita berjalan dalam kekudusan.
“Roh
Kudus akan mengerjakan hal-hal yang kudus sesuai dengan firman Tuhan dalam
hidup kita asal kita selalu melekat kepada Tuhan.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar