“Sama
seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
(Yohanes 20:21b)
Sebagaimana
Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya ketika Ia menampakkan diri setelah
kebangkitan-Nya, pesan itu juga berlaku untuk semua orang percaya. Setiap kita
yang telah diselamatkan dan mengalami lahir baru, “…..ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus
5:17), memiliki sebuah tanggung jawab besar, karena kita menyandang predikat
sebagai utusan-utusan Kristus di tengah dunia ini, sama seperti tugas yang di
emban oleh malaikat Gabriel, “…Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah
diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini…”
(Lukas 1:19).
Menjadi
utusan Kristus bukanlah hal yang sembarangan, apalagi di zaman akhir seperti
sekarang ini, karena di mana pun berada dan kemanapun pergi kita mempertaruhkan
nama Kristus. Oleh karena itu untuk menjadi utusan-utusan Tuhan kita harus
benar-benar memenuhi criteria seperti yang Tuhan inginkan. Kita layak disebut
sebagai utusan-Nya jika kita memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan
seperti penilaian Tuhan terhadap Daud. “Aku telah mendapat Daud bin Isai,
seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah
Para Rasul 13:22).
Seseorang
dikatakan memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan apabila ia hidup dalam
ketaatan. Ketaatan adalah syarat utama! Banyak orang berusaha untuk hidup taat
dalam seluruh aspek kehidupannya, namun mereka seringkali menuai kegagalan.
Mengapa? Karena ketaatan itu bisa diibaratkan seperti sebuah pohon: ada
ranting, daun, batang dan juga buah, yang kesemuanya itu bersumber pada akar.
Akar memiliki peranan yang sangat vital karena sebagai sumber yang membawa
makanan ke seluruh bagian pohon. Begitu pula dengan ketaatan, harus dimulai
dari akarnya. Artinya kita harus memulai ketaatan itu dari hal-hal yang paling
mendasar, di mana hal ini akan menjadi “akar” bagi ketaatan-ketaan lainnya.
Jika
kita taat dalam perkara yang paling mendasar ini kita pasti akan memiliki
ketaatan pada seluruh aspek kehidupan kita.
“Kami
adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan." (Lukas 17:10).
Sebagai
seorang utusan kita harus tunduk dan taat kepada orang yang mengutus kita,
seperti hamba yang tunduk sepenuhnya kepada tuannya. Ketaatan yang dimaksud
adalah ketaatan yang benar-benar murni, tanpa disertai motivasi atau tendensi
tertentu; dan apabila kita sudah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan Tuhan
jangan pernah merasa bahwa kita ini sudah berjasa kepada Tuhan, sebaliknya kita
harus bisa berkata, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya
melakukan apa yang kami harus lakukan." Sebagai hamba, sesungguhnya kita
tidak punya hak lagi atas diri kita sendiri.
Setelah
“ditangkap” oleh Kristus dan dipilih menjadi utusan-Nya, rasul Paulus pun
menjadi orang yang memiliki ketaatan secara mutlak, hidupnya sepenuhnya
diperhambakan untuk Kristus. “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku.” (Galatia 2:20). Memiliki hati hamba adalah modal dasar yang haru
dimiliki seorang utusan Tuhan. Jika seseorang sudah berhati hamba ia pasti akan
melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi di segala situasi. Adakah seorang tuan
akan “…berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa
yang ditugaskan kepadanya?” (Lukas 17:9). Tuhan tidak melihat seberapa hebat, pintar,
tampan, cantik, gagah, atau kuatnya seseorang, “Bukan yang dilihat manusia yang
dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat
hati." (1 Samuel 16:7b). yang Tuhan ingin dari kita adalah hati yang mau
dan rela untuk dibentuk dan dipakai-Nya.
Saat
kita hidup dalam ketaatan kita menjadikan Kristus sebagai raja atas kita,
mempersilahkan Dia berdaulat dan memerintah penuh dalam segala aspek kehidupan
kita. Tuhan Yesus sendiri tidak hanya mengutus kita, Ia juga telah memberikan
teladan hidup dalam hal ketaatan. Melakukan kehendak Bapa adalah makan-Nya
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34). “Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib.” (Filipi 2:8).
“Jika
kita tidak taat, bagaimana kita bisa membawa kabar baik kepada orang lain?”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar