“Hati-hatilah,
supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada
perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini;” (Ulangan 8:11)
Pernahkah
Anda memperoleh sesuatu yang tampaknya mustahil? Mungkin itu pemenuhan
kebutuhan financial, kesembuhan secara ajaib, atau solusi atas masalah yang
rumit. Biasanya sesaat setelah mengalaminya, hati kita akan meluap dengan
sukacita, takjub, dan bersyukur. Tetapi, berapa lamakah ucapan syukur itu
bertahan? Perubahan seperti apakah yang terjadi dalam hidup kita melaluinya?
Bangsa
Israel mendapatkan sesuatu yang rasanya mustahil: Tuhan membebaskan mereka dari
perbudakan di Mesir. Lalu Dia membawa mereka mengembara di padang gurun selama
empat puluh tahun demi merendahkan hati mereka dan membuat mereka berpegang
pada perintah-Nya “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas
kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan
maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada
dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.”
(Ulangan 8:2). Pada akhirnya Dia membawa mereka masuk ke tanah perjanjian yang
penuh dengan kelimpahan “Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam
negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar
dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya,
dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon
zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak
usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang
batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga. Dan engkau
akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena
negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.” (Ulangan 8:7-10). Tuhan
tahu, selalu ada kecenderungan melupakan diri-Nya saat bangsa Israel hidup
dalam kenyamanan dan kelancaran. Oleh karena itu, Dia perlu memperingatkan
mereka “dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan
rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, dan apabila lembu sapimu dan kambing
dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala
yang ada padamu bertambah banyak,” (Ulangan 8:12-13). Melupakan Tuhan buka
hanya tidak lagi mengakui keberadaan-Nya dan menjadi tinggi hati dengan
menganggap segala yang mereka peroleh sebagai hasil kerja keras mereka “jangan
engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa
engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,” (Ulangan 8:14).
Apakah
saat ini kita sedang dipenuhi dengan ucapan syukur karena memperoleh sesuatu
yang sepertinya mustahil? Merasakan kenyamanan karena terpenuhi kebutuhan kita?
Berhati-hatilah agar jangan tinggi hati dan melupakan Tuhan Sang Pemberi dengan
tidak lagi hidup sesuai dengan perintah-Nya.
“Kenyamanan
hidup kiranya tidak menjadikan kita terlena, melainkan semakin giat dan penuh
sukacita melayani Tuhan.”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar