“Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah,” (Efesus 2:8)
Carut
marut kondisi lalu lintas di kota besar membawa berkat tersendiri bagi pengatur
lalu lintas dadakan yang lebih populer dengan sebutan “polisi cepek”. Tak dapat
dipungkiri, ketika jalanan macet, kehadiran mereka sangat membantu. Hanya sayang,
ketika jalanan lancar, mereka tetap hadir demi mengais rupiah. Tidak jarang
mereka malah menjadi dalang kemacetan. Nah, saya tidak pernah memberi uang pada
polisi cepek saat jalanan lancar. Karena mereka tidak melakukan apa pun untuk
kendaraan kami, mengapa saya harus memberi mereka uang?
Menanggapi
hal tersebut, istri saya berkata, “Kamu belum mengerti makna kasih karunia.” Ketika
itu saya tertegun. Betapa saya sudah menjadi orang yang penuh perhitungan.
Memang kita tidak harus memberi uang pada polisi cepek tadi, tetapi saya
mendapat pelajaran berharga yaitu belajar prinsip memberi; bukan berdasarkan
apa yang sudah orang lain lakukan bagi saya.
Kita
terbiasa hidup dalam suatu pola di mana kita harus melakukan sesuatu terlebih
dahulu sebelum kita pantas menerima upah. Syukurlah, sebagai orang percaya,
kita diselamatkan bukan atas hasil usaha kita. Kita tak melakukan apa-apa; semua
pemberian Allah semata. Bukan karena keselamatan tak berharga. Justru
sebaliknya. Keselamatan itu teramat berharga. Segala sesuatu yang kita lakukan
tak akan membuat kita pantas menerimanya. Allah tak menuntut kita melakukan
sesuatu terlebih dahulu, agar kita pantas diselamatkan. Itulah makna kasih
karunia. Semoga kasih karunia yang sudah kita terima mengajar kita untuk tidak
terlalu berhitung ketika memberi kepada sesama.
“Jika
Allah menghitung-hitung kebaikan dan keburukan kita, bagaimana mungkin kita dapat
diselamatkan?”
Amin.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar