Halaman

Kamis, 02 Oktober 2014

JANGAN LAGI



“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,” (Kolose 3:9)

Saat ini kejujuran makin langka, tapi sekaligus makin dicari-cari. Misalnya, dalam perekrutan pegawai, perusahaan tentu akan mencari pegawai yang jujur. Berbagai metode pun dikembangkan untuk mendeteksi ketidakjujuran. Ada metode “senyum Duchenne”, yaitu senyuman yang tidak menciptakan kerutan; juga dengan mendeteksi gerakan mata tertentu, gerakan tangan berlebihan dan sebagainya.
Kata keterangan “lagi” pada nats di atas menekankan bahwa dusta ialah sifat kita pada masa lalu. “Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.” (Amsal 20:11) dikatakan jelas bahwa sifat buruk dapat diketahui sejak kecil. Penelitian juga menyimpulkan hal yang sama: 3 dari 4 anak berdusta; bayi 6 bulan pun telah dapat berdusta dengan berpura-pura lapar, lalu menangis, padahal sesungguhnya ia butuh perhatian. Ya, manusia telah berdusta. Dusta ialah sifat manusia lama yang mendatangkan kebinasaan “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.” (Wahyu 21:27). Karena itu firman Tuhan melarang kita yang telah lahir kembali dan menjadi manusia baru: “Jangan lagi berdusta!”
Mungkin Anda berkata, “saya tidak pernah berdusta lagi.” Tetapi, tahukah Anda bahwa bentuk dusta bukan hanya berupa kata-kata dan fitnah, melainkan bisa berupa cara hidup yang penuh kepalsuan dan kemunafikan? Ketidakpercayaan pada Yesus juga suatu bentuk dusta “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.” (1 Yohanes 2:22). Penyembahan berhala dan ajaran palsu juga bentuk dusta yang lain lagi, tapi banyak orang yang mempercayainya “Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.” (Roma 1:25) dan “Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta,” (2 Tesalonika 2:11). Bagaimana dengan kita?
“Dalam diam pun manusia bisa berdusta, sebab dusta itu bukan sekedar kata-kata.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar