“Jangan
lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta
kelakuannya,” (Kolose 3:9)
Saat
ini kejujuran makin langka, tapi sekaligus makin dicari-cari. Misalnya, dalam
perekrutan pegawai, perusahaan tentu akan mencari pegawai yang jujur. Berbagai
metode pun dikembangkan untuk mendeteksi ketidakjujuran. Ada metode “senyum
Duchenne”, yaitu senyuman yang tidak menciptakan kerutan; juga dengan
mendeteksi gerakan mata tertentu, gerakan tangan berlebihan dan sebagainya.
Kata
keterangan “lagi” pada nats di atas menekankan bahwa dusta ialah sifat kita
pada masa lalu. “Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya,
apakah bersih dan jujur kelakuannya.” (Amsal 20:11) dikatakan jelas bahwa sifat
buruk dapat diketahui sejak kecil. Penelitian juga menyimpulkan hal yang sama:
3 dari 4 anak berdusta; bayi 6 bulan pun telah dapat berdusta dengan
berpura-pura lapar, lalu menangis, padahal sesungguhnya ia butuh perhatian. Ya,
manusia telah berdusta. Dusta ialah sifat manusia lama yang mendatangkan
kebinasaan “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang
yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis
di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.” (Wahyu 21:27). Karena itu firman
Tuhan melarang kita yang telah lahir kembali dan menjadi manusia baru: “Jangan
lagi berdusta!”
Mungkin
Anda berkata, “saya tidak pernah berdusta lagi.” Tetapi, tahukah Anda bahwa
bentuk dusta bukan hanya berupa kata-kata dan fitnah, melainkan bisa berupa
cara hidup yang penuh kepalsuan dan kemunafikan? Ketidakpercayaan pada Yesus
juga suatu bentuk dusta “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal
bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang
menyangkal baik Bapa maupun Anak.” (1 Yohanes 2:22). Penyembahan berhala dan
ajaran palsu juga bentuk dusta yang lain lagi, tapi banyak orang yang
mempercayainya “Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan
memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji
selama-lamanya, amin.” (Roma 1:25) dan “Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan
kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta,” (2
Tesalonika 2:11). Bagaimana dengan kita?
“Dalam
diam pun manusia bisa berdusta, sebab dusta itu bukan sekedar kata-kata.”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar