“Tali-tali
maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku,
aku mengalami kesesakan dan kedukaan.” (Mazmur 116:3)
Kita
masih membicarakan topic yang sama seperti kemarin yaitu, mengenai gambaran
tentang seorang yang sedang berada dalam pergumulan berat karena beban dan
masalah yang menimpa. Seperti inilah kondisi yang dialami Daud ketika hidupnya
terus berada dalam ancaman dan marabahaya oleh karena Saul yang tak pernah
berhenti mengejar dan hendak membunuhnya. “Tali-tali maut telah meliliti aku,
dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah
membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.” (Mazmur 18:5-6).
Dalam keadaan tertekan dan terhimpit tak ada yang bisa dilakukan Daud selain
“….berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia
mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke
telinga-Nya.” (Mazmur 18:7).
Dalam
keadaan demikian banyak orang memiliki kecenderungan untuk berputus asa,
frustasi, stress, bahkan tidak sedikit yang kehilangan akal sehatnya sehingga
tanpa berpikir panjang merekapun berbuat nekat dengan mengakhiri hidupnya. Ada
pula yang berusaha lari dari masalah dengan menjerumuskan diri kepada hal-hal negatif:
terlibat obat-obat terlarang, dugem, pergaulan bebas dan sebagainya. Tidak
jarang juga mereka berani marah danmenyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang
menimpa hidupnya, seperti yang diperbuat isteri Ayub. Ketika tidak tahan dengan
penderitaan dan masalah yang datang secara bertubi-tubi menimpa keluarga dan
suaminya, isteri Ayub berkata, "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9).
Inilah
reaksi alamiah manusia pada umumnya! Secara manusia Ayub punya banyak alasan
untuk mengeluh, kecewa, putus asa atau pun menyalahkan Tuhan walaupun Alkitab
menyatakan bahwa Ayub adalah orang yang “….saleh dan jujur; ia takut akan Allah
dan menjauhi kejahatan.” (Ayub 1:1). Seluruh harta bendanya ludes, kesepuluh
anaknya mati dan Ayub pun harus menderita sakit yang parah. “…dengan barah yang
busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.” (Ayub 2:7). Saat tertimpa
masalah berat manusia cenderung putus asa, menyalahkan Tuhan!
“Tuhan
mengijinkan penderitaan melanda hidup Ayub untuk memperosesnya.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar