“yang
kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan
malam.” (Mazmur 1:2)
Makanan
adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan. Tubuh
jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup
supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga. Jika kita tidak makan, tubuh
jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga. Sama seperti tubuh jasmani,
tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari
agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.
Firman
Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi.
Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami
pertumbuhan. “....jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin
akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan
beroleh keselamatan,” (1 Petrus 2:2). Namun tidak mungkin kita terus menerus
menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus
bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan. Kita pun perlu
menyantap makanan yang keras, sebab “....makanan keras adalah untuk orang-orang
dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang
baik dari pada yang jahat.” (Ibrani 5:14). Namun masih banyak orang Kristen
yang tidak suka dengan “makanan keras”, maunya “susu” saja seperti bayi.
Buktinya? Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek; tertempelak
firman Tuhan yang keras, kita langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok
tidak mau ke gereja. Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan
seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.
Di
samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagai pelita yang dapat menerangi
langkah hidup kita. Hal ini diakui oleh Daud, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku
dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105). Karena diterangi fiman Tuhan
langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri tidak
terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan
sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih. Keberadaan kita di tengah dunia
adalah sebagai anak-anak terang, “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,”
(Efesus 5:8b).
“Dasar
firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk
selama-lamanya.” (Mazmur 119:160)
Alkitab
juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang
percaya. Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam
peperangan rohani, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging,
tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”
(Efesus 6”12). Bahkan, “.....firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari
pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran
hati kita.” (Ibrani 4:12). Jadi kita harus tinggal di dalam firman-Nya, dengan
tidak “....lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang
dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis
di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan
beruntung.” (Yosua 1:8).
Firman
Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah
“...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah
seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan
cermin.” (Yakobus 1:23). Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri
kita mungkin masih ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera
dibersihkan. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16). Firman itu laksana api dan
palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras.
Tuhan berkata, “Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan
seperti palu yang menghancurkan bukit batu?” (Yeremia 23:29). Proses itu memang
sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap “legowo” (rela, ikhlas) untuk
ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.
Mari
sadari bahwa proses itu bertujuan membentuk karakter kita yang lebih baik dan
makin serupa dengan Kristus.
“Jadikan
firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar