“Tetapi
mereka bersama-sama meminta maaf.” (Lukas 14:18a)
Perikop
dari pembacaan Firman hari ini adalah perumpamaan tentang orang-orang yang
berdalih. Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan hal Kerajaan sorga
seperti seorang Tuan yang sedang mengadakan jamuan yang besar dan mengundang
banyak orang untuk datang di pestanya. Biasanya orang akan antusias ketika
diundang ke sebuah pesta. Pesta atau jamuan besar itu identik dengan makanan
enak dan acara meriah. Namun dalam kisah ini respons orang-orang yang diundang
justru sangat mengejutkan, sekaligus mengecewakan. Mereka malah menolak
undangan itu dengan berbagai dalih atau alasan, padahal si Tuan yang empunya
acara ini berkata, “.....rumahku harus penuh.” (Lukas 14:23). Menolak undangan
berarti kehilangan kesempatan untuk menikmati perjamuan.
Inilah
gambaran dari orang-orang yang menganggap remeh berita salib! Memang
“....pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan
Allah.” (1 Korintus 1:18). Mereka secara terang-terangan menolak anugerah
keselamatan yang ditawarkan Allah melalui PuteraNya Yesus Kristus. Padahal
“......begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke
dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh
Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak
percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama
Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia,
tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat.” (Yohanes 3:16-19). Tidak sedikit pula orang
yang dengan sengaja melecehkan dan mempermainkan nama Yesus Kristus. Padahal
oleh iman di dalam Yesus Kristus kita diselamatkan.
Kita
yang sudah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan pun acapkali
menyia-nyiakannya dengan tidak mengerjakan keselamatan itu dengan hati yang
takut dan gentar, “...saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Filipi 2:12-13). Kita tidak lagi merespons
dengan benar keselamatan yang telah kita terima dengan Cuma-Cuma itu dengcara
melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan, dan
menganggapnya sebagai hal yang biasa!
“Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14)
Kalau
kita menyadari bahwa hidup ini adalah karena kasih karunia Tuhan semata, maka
seharusnya kita memiliki respons yang benar akan keselamatan yang Tuhan berikan
dan juga panggilan-Nya. Sampai saat ini pintu anugerah keselamatan dan berkat-berkat-Nya
masih terbuka dan tersedia untuk siapa pun yang mau datang memenuhi undangan
Tuhan. Tapi masih banyak dari kita yang tidak mengalami danmenikmati
berkat-berkat Tuhan sepenuhnya, padahal kita telah percaya dan menerima Tuhan
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. yang menjadi persoalan adalah kita
memiliki banyak sekali alasan untuk menghindari undangan Tuhan. Alasan-alasan
inilah yang dijadikan senjata oleh iblis untuk menjauhkan orang percaya dari
kasih karunia Tuhan. Alasan dan dalih sesungguhnya adalah bentuk dari
pelemparan tanggung jawab. Orang yang suka mencari-cari alasan atau dalih
adalah orang yang tidak punya rasa tanggung jawab dan sulit untukbisa
dipercaya.
Inilah
yang seringkali menjadi alasan banyak orang untuk menolak dan menghindari
undangan Tuhan Yesus: 1. “Karena harta kekayaan”. Mereka berkata, “Aku telah
membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.” (Lukas
14:18). Ladang berbicara tentang harta kekayaan. Seringkali banyak orang lebih
mengasihi harta kekayaannya daripada mengasihi Tuhan, hatinya melekat kepada
harta dan tidak lagi kepada Tuhan; lebih mengutamakan perkara-perkara duniawi
daripada rohani; uang, rumah mewah, mobil, perhiasan dan sebagainya telah
membutakan mata rohani mereka. Kita belajar dari pengalaman orang muda yang
kaya (Matius 19:16-26), yang lebih memilih meninggalkan Yesus daripada harus
membagi hartanya kepada orang miskin. Kita patut bersyukur jika Tuhan
melimpahkan berkat melimpah, namun semua itu tidak boleh menjadi berhala dalam
hidup kita atau mengalihkan fokus kita dari Tuhan. Jika itu terjadi, itu
merupakan kejahan di mata Tuhan.
Di
zaman sekarang ini orang lebih berorientasi mengejar harta siang dan malam,
sementara ibadah, pelayanan dan menabur tidak mereka pedulikan sama sekali:
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).
“Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius
10:38).
Alasan
yang kedua adalah: “Pekerjaan”. Perhatikan ini: “Aku telah membeli lima pasang
lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.” (Lukas
14:19). Ini berbicara tentang pekerjaan, berkarir dan berbisnis kita tidak
punya waktu berdoa dan merenungkan firman Tuhan, jam-jam ibadah kita abaikan.
Kita juga menolak melayani Tuhan dengan alasan sibuk dan tidakk ada waktu luang
sedikit pun. Kita lebih mementingkan pekerjaan daripada bersekutu dengan Tuhan.
Pekerjaan,
karir atau bisnis adalah salah satu cara Tuhan memberkati hidup kita. Tetapi
apabila itu kita anggap lebih penting daripada beribadah kepada Tuhan, maka
akan menjadi berhala bagi kita. Itu akan membuat seseorang makin jauh dari
panggilan Tuhan. Padahal, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah
usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota,
sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan
duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah
payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
(Mazmur 127:1-2). Ketaatan kita kepada Tuhan harus menjadi prioritas utama
dalam hidup. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).
Alasan
selanjutnya adalah: “Karena keluarga”. “Aku baru kawin dan karena itu aku tidak
dapat datang.” (Lukas 14:20). Keluarga adalah orang-orang yang sangat kita
kasihi, suami, istri dan anak-anak adalah bagian hidup kita. Bersama mereka
kita menjalani hari-hari suka maupun duka. Mereka sungguh sangat berarti! Tanpa
support mereka kita takkan mampu meraih semua harapan dan keinginan. Meski
demikian kita harus tetap menempatkan Tuhan sebagai segala-galanya bagi kita.
Seringkali keinginan menyenangkan suami, istri atau anak-anak melebihi ketaatan
kasih kita kepada Tuhan. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki
atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:37-38).
“Utamakan
Dia lebih dari apa pun di dunia ini agar kehidupan kita berkenan kepada
Tuhan!”.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar