"Bukan!
Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh
kali tujuh kali.” (Matius 18:22)
Bisakah
kita dikatakan memiliki kasih sementara kita masih menyimpan dendam, sakit hati
dan tidak bisa mengampuni orang lain? “Jikalau seorang berkata: "Aku
mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,
karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin
mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1 Yohanes 4:20).
Ada
tidaknya kasih dalam diri seseorang akan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari
dan mempengaruhi kehidupannya, baik dalam perkataan, sikap dan juga
perbuatannya. Jadi kasih bukan hanya berbicara tentang apa yang ada di dalam
hati, melainkan mencakup seluruh keberadaan, hidupnya yang terwujud dalam
perbuatan kesehariannya, baik itu kasih kepada Tuhan dan juga kepada sesama
yang kesemuanya harus dilakukan dengan sukacita, tanpa keterpaksaan. Salah satu
bukti lain akan kasih yang tak boleh diabaikan adalah hal mengampuni orang
lain. Mengapa mengampuni sangat penting bagi orang Kristen? Karena Tuhan telah
terlebih dahulu menunjukkan kasih-Nya dengan mengorbankan nyawa-Nya di Kalvari
untuk mengampuni dosa-dosa kita. Pengampunan inilah yang menjadi dasar
kekristenan. Kita diselamatkan, diangkat sebagai anak-anak Allah, diberkati,
disembuhkan, dipulihkan, mengalami mujizat dan penggenapan janji-janji Tuhan
dengan diawali sebuah pengampunan yang dikerjakan Tuhan di kayu salib; dan
pengampunan-Nya itu sempurna, tak terbatas. “Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (yesaya 1:18). Itulah
sebabnya mengampuni adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya tanpa kecuali.
Sebesar
apa pun kesalahan orang, sebanyak apa pun kejahatan orang, apa pun
persoalannya, kita harus bisa memberikan pengampunan yang tidak terbatas
jumlahnya. Kalau kita sadar bahwa dosa kita sudah diampuni oleh Tuhan, masakan
kita mengeraskan hati untuk tidak berkata, “....jikalau kamu mengampuni kesalahan
orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu
tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
(Matius 6:14-15).
“Tetapi
jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni
kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:26)
Ada
banyak orang Kristen yang berkata, “Aku akan taat melakukan apa saja yang
diperintahkan Tuhan, tapi mohon Tuhan mentoleransi yang satu ini saja, yaitu
aku tidak bisa mengampuni si A itu. Dia sudah membuat hidupku menderita seperti
ini. Jangankan mengampuni, melihat mukanya saja aku sudah muak!” Benarkah sikap
yang demikian?
Saudaraku,
tidak ada ketaatan setengah-setengah! Tuhan pun tidak bisa kita sogok dengan
seabrek aktivitas rohani supaya Ia memberi kelonggaran kepada kita untuk tidak
mengampuni seseorang. Yang Tuhan kehendaki adalah segeralah berdamai dan
bereskan itu terlebih dahulu. Ada tertulis, “Dan jika kamu berdiri untuk
berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang,
supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
(Markus 11:25). Jika kita mengaku bahwa kita ini mengasihi Tuhan dan menyebut
diri sebagai orang Kristen yang taat, maka kita akan melakukan apa pun yeng
menjadi kehendak Tuhan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti
segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Namun kita baru dapat mengampuni
seseorang bila kita hidup dalam ketaatan mengasihi Tuhan dengan sungguh, serta
menyadari bahwa dosa dan pelanggaran kita telah diampuni lebih dulu oleh Tuhan.
Jadi jika kitadisakiti dan dilukai orang janganlah menyimpan sakit hati dan dendam di dalam
hati. Ampunilah mereka! Mengampuni adalah bukti kita memiliki kasih. Ketika
kita memahami “....betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya
kasih Kristus,” (Efesus 3:18), kita pun akan menyadari makna sebuah
pengampunan.
Memberi
pengampunan ada berkat-berkat di balik pengampunan yang kita berikan kepada
orang lain; jawaban doa dan respons Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan
dengan pengampunan kita kepada orang lain. Bagaimana mungkin Tuhan
memperhatikan doa-doa kita bila di dalam hati kita masih ada kebencian, sakit
hati dan dendam? Dengan mengampuni hubungan kita dengan orang lain tidak akan
ada ganjalan, serta ada damai sejahtera di hati. Kebencian, dendam, sakit hati
adalah strategis iblis untuk menghancurkan hidup kita.
“Masihkah
kita tidak mau mengampuni orang lain?
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar