Halaman

Rabu, 11 Desember 2013

SIKAP TERHADAP ANAK



“.......mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku,.....” (1 Samuel 2:29)

Anak adalah harta yang tak ternilai dalam keluarga. Abraham menunggu selama 25 tahun lamanya untuk mendapatkan Ishak. Dapatlah dipahami jika ia dan istrinya sangat mengasihi anaknya itu. Memang amat menyenangkan dapat menyaksikan pertumbuhan anak kita yang lucu dan menggemaskan. Wajah mereka tampak imut-imut dengan tatap mata yang bening dan polos. Namun, alangkah sedihnya kalau anak-anak yang semula menyenangkan itu setelah dewasa menjadi menyebalkan dan membuat para orangtua kewalahan dengan kenakalan mereka.
Itulah yang terjadi pada keluarga Eli. Kedua anaknya, Hofni dan Pinehas, yang setelah dewasa seharusnya menjadi imam dan melayani umat Israel, ternyata menyalahgunakan kekuasaannya. Mereka meyerobot daging yang seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan “ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo. Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja." Apabila orang itu menjawabnya: "Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan." Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.” (1 Samuel 2:13-17). Mereka manajiskan Kemah Suci dengan meniduri perempuan-perempuan yang malayani di situ “Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan,” (1 Samuel 2:22). Eli sudah berusah menegur mereka “berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.” (1 Samuel 2:23-25), tetapi ia tidak bersikap tegas. Ia malah ikut menikmati daging yang mereka ambil itu, “Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?” (1 Samuel 2:29). Jelaslah bahwa ia lebih menyayangi dan menghormati anaknya daripada Tuhan.
Wajar saja jika orangtua bangga dan sayang pada anaknya, orangtua juga perlu menghormati sang anak. Namun, tentu juga bukan dalam taraf yang berlebihan seperti sikap Eli sehingga si anak menjadi kurang ajar. Mintalah hikmat Tuhan untuk mendorong dan mengarahkan anak kita, agar mereka dapat membedakan antara yang patut dan yang tidak patut. Bersama-sama dengan mereka, kita belajar untuk menjadi keluarga yang takut dan hormat akan Tuhan.
“Kasih sayang terbaik pada anak adalah mengarahkan mereka untuk menghormati Tuhan”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar