“Janganlah
kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Lukas 12:22)
“Hari
yang diisi dengan rasa khawatir akan jauh lebih berat daripada hari yang
disibukkan dengan berbagai pekerjaan”. Kalimat yang menginpirasi itu muncul
dalam status Facebook seseorang. Saya segera merespons dan berterima kasih
kepadanya atas kalimat tersebut. Tuhan memakainya untuk mengingatkan saya agar
tidak terlalu khawatir dalam menjalani hidup ini. Lebih baik menikmati hari
yang Tuhan berikan dengan segala macam kejadian yang berlangsung di dalamnya,
daripada khawatir sepanjang hari.
Ada
tiga alasan mengapa kita tidak perlu khawatir.
Pertama,
kekhawatiran adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Bukankah Yesus tidak
menghendaki kita untuk khawatir? Kedua, kekhawatiran menunjukkan sikap yang
kurang percaya. Yesus menyamakan orang yang selalu mempersoalkan perkara
kebutuhan sehari-hari dengan orang yang kurang percaya, “Jadi, jika rumput di
ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani
Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu
mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan
janganlah cemas hatimu.” (Lukas 12:28-29). Bagaimana perasaan Bapa kita jika
anak-Nya tidak percaya akan pemeliharaan-Nya?
Ketiga,
kekhawatiran hanya akan menambah berat beban pikiran, dan buntutnya dapat
mendatangkan penyakit dan depresi. Persoalan sehari cukup sehari, hari esok ada
kesusahannya sendiri, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena
hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari." (Matius 6:34). Lagi pula kita memang tidak dapat mengontrol apa
yang terjadi pada masa depan.
Jadi
bagaimana sekarang? Masihkah kita membiarkan kekhawatiran menguasai hidup kita?
Berhentilah khawatir, belajarlah menikmati hari yang Tuhan berikan, dan
percayalah pada pemeliharaan-Nya. Bapa mengenal kita dan mengerti yang terbaik
bagi kesejahteraan kita.
“Jika
kekhawatiran lebih melelahkan daripada bekerja, mengapa kita masih khawatir?
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar