Halaman

Senin, 02 Desember 2013

JANGAN TERLALU KHAWATIR



“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Lukas 12:22)

“Hari yang diisi dengan rasa khawatir akan jauh lebih berat daripada hari yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan”. Kalimat yang menginpirasi itu muncul dalam status Facebook seseorang. Saya segera merespons dan berterima kasih kepadanya atas kalimat tersebut. Tuhan memakainya untuk mengingatkan saya agar tidak terlalu khawatir dalam menjalani hidup ini. Lebih baik menikmati hari yang Tuhan berikan dengan segala macam kejadian yang berlangsung di dalamnya, daripada khawatir sepanjang hari.
Ada tiga alasan mengapa kita tidak perlu khawatir.
Pertama, kekhawatiran adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Bukankah Yesus tidak menghendaki kita untuk khawatir? Kedua, kekhawatiran menunjukkan sikap yang kurang percaya. Yesus menyamakan orang yang selalu mempersoalkan perkara kebutuhan sehari-hari dengan orang yang kurang percaya, “Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.” (Lukas 12:28-29). Bagaimana perasaan Bapa kita jika anak-Nya tidak percaya akan pemeliharaan-Nya?
Ketiga, kekhawatiran hanya akan menambah berat beban pikiran, dan buntutnya dapat mendatangkan penyakit dan depresi. Persoalan sehari cukup sehari, hari esok ada kesusahannya sendiri, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Lagi pula kita memang tidak dapat mengontrol apa yang terjadi pada masa depan.
Jadi bagaimana sekarang? Masihkah kita membiarkan kekhawatiran menguasai hidup kita? Berhentilah khawatir, belajarlah menikmati hari yang Tuhan berikan, dan percayalah pada pemeliharaan-Nya. Bapa mengenal kita dan mengerti yang terbaik bagi kesejahteraan kita.
“Jika kekhawatiran lebih melelahkan daripada bekerja, mengapa kita masih khawatir?
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar