“Engkau
membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah
darah dan penipu.” (Mazmur 5:7)
Tak
seorangpun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Secara umum,
gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan
atau kriminalitas. Penipu adalah orang yang telah berkata bohong (tidak jujur),
menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari
kebenaran. Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan
juga bertentangan dengan hukum; dan penipu tidak masuk ke dalam Kerajaan Sorga
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang
berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan
penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (1 Korintus 6:9-10).
Alkitab
menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan
ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas.
Pertanyaan: pernahkah kita menipu diri sendiri? dengan spontan kita akan
berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Masakan ada orang yang
menipu dirinya sendiri? inilah yang tidak dasari oleh banyak orang Kristen,
padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan. Berikut ini adalah bukti
seseorang telah menipu dirinya sendiri. 1. Merasa diri tidak berdosa. Ada
tertulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri
kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:8). Adakah
diantara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran?
Alkitab menegaskan bahwa, “"Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” (Roma
3:10). Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar. Jika
kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang
dikecam oleh Tuhan Yesus, “...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata
orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius
23:28). Jika kita merasa benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah
orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jangan
menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran
kita di hadapan Tuhan, sebab “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia
dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9). Merasa diri benar adalah salah satu bukti
bahwa kita menipu diri sendiri.
“Barangsiapa
berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yohanes 2:4).
Kita
dikatakan menipu diri sendiri jika: 2. Kita hidup dalam ketidaktaatan atau
tidak melakukan perintah Tuhan. Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan
mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintah-Nya kita disebut sebagai
pendusta atau penipu. Yakobus pun juga menegaskan, “...hendaklah kamu menjadi
pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu
menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22). Seringkali kita tampak “rohani” di
situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam
ibadah saja. Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di
tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan
dunia ini, padahal firman-Nya menyatakan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah
dan yang sempurna.” (Roma 12:2). Rasul Paulus mengingatkan, “Allah memanggil
kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” (1
Tesalonika 4:7).
Yakobus
dalam suratnya berkata, “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah,
tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah
ibadahnya.” (Yakobus 1:26). Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita?
Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan. Kita mudah sekali
berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip
atau membecirakan orang lain dan sebagainya. Berhati-hatilah! Jika kita
bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita. Itulah sebabnya pemazmur bertekad,
“Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;” (Mazmur
39:2), sebab “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan
memakan buahnya.” (Amsal 18:21).
Selain
daripada hal-hala di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak
mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai
orang yang telah menipu Tuhan. “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu
menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu
Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!”
(Maleakhi 3:8).
“Ibadah
yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan
terhadap diri sendiri.”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar