“"Tuhan,
sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap
aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh
kali.” (Matius 18:21-22).
Ingatkah
ketika.....? itulah sebuah pertanyaan yang banyak kita dengar pada tahun ini. Mengenang
bersama dengan keluarga, saudara, rekan kerja atau teman sekolah dan sahabat
kita, kita menyusuri Natal-Natal yang telah berlalu, menikmati kenangan sampai
tanpa terelakkan, kita terbentur pada kenangan yang sebenarnya lebih baik
dilupakan.
Tiba-tiba,
nyeri itu kembali menyerang. Sengatnya kecaman orang tua, janji teman yang
diingkari, penolakan, kekecewaan, sakit hati.......
Apakah
yang seharusnya kita lakukan dengan kenangan-kenangan seperti itu?
Kita
dapat melupakannya. Malah sebenarnya, kita harus melupakannya. Dan hanya ada
satu cara untuk melakukannya – yaitu melalui pengampunan.
Mengampuni
seseorang terdengar seperti hal yang sederhana. Namun sedikit dari kita yang
sungguh-sungguh melakukannya. Kita memperlakukan pengampunan seolah-olah itu
merupakan salah satu pilihan tambahan dari kehidupan. Pengampunan adalah
tuntutan dasar untuk setiap pemercaya. Malah sebenarnya, tidak mengampuni
justru adalah kefasikan. Dalam Matius 18, Yesus menuturkan sebuah perumpamaan
yang melukiskan akibat buruknya. Perumpamaan itu melibatkan seorang hamba yang
berutang kepada tuannya sejumlah sepuluh ribu talenta. Ketika waktu pembayaran tiba,
dia memohon kepada tuannya, “Tuan, bersabarlah kepadaku dan aku akan
melunasinya semua.” Tuannya berbelaskasihan sehingga dia melepaskan seluruh
utang itu!
Segera
setelah itu, hamba yang sama itu mencari seseorang yang berutang kepadanya seratus dinar. Mengaetahui bahwa dia tidak
sanggup membayar, dia mengabaikan permohonan orang itu untuk berbelaskasihan
dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Ketika
tuannya mendengar itu, dia sangat gusar. Dia memanggil hamba yang jahat itu dan
menyerahkan hamba yang jahat itu dan menyerahkan dia kepada para penyiksa
sampai dia melunasi semua hutangnya.
Simak
kembali jumlah utang yang tidak dibayar, sepuluh ribu talenta. Utang-utang
kecil kebanyakan yang sering membuat kita tersandung. Kejengkelan sepele antara
suami dan isteri, antara saudara dan saudari. Berhati-hatilah. Itulah jenis
utang yang digunakan iblis untuk menyiksa Anda.
Bagaimanapun,
Yesus melunasi segunung utang bagi Anda. Anda dapat menjadi dermawan mengenai
utang-utang orang lain yang sangat kecil.
Luangkan
waktu dengan Roh Kudus, dengan mengizinkan Dia menyingkapkan sikap tidak suka
mengampuni di dalam diri Anda. Jadi, bertobatlah dan lepaskanlah itu. Jadikanlah
Natal ini lebih daripada sekedar suatu waktu untuk mengingat. Jadikan sebagai
waktu untuk melupakan kesalahan orang lain.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar