“TUHAN
adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1)
Kekristenan
adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang
percaya setiap hari. Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan
bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita akan Pribadi Tuhan
tetap saja dangkal. Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu
kehidupan yang tak terpisahkan dengan Pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan
yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda,
karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan dia sebagai akibat
perjumpaan dengan Dia secara pribadi. itulah sebabnya Daud berkata, “TUHAN
bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya
diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14). Artinya bagi setiap orang
yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib
dengan Dia, Dia pasti menyatakan diri-Nya sehingga orang tersebut menyebutkan
nama-Nya.
Selain
sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup
sebagai seorang gembala. Meski kambing domba yang digembalakannya hanya
berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh
kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya
cukup makanan dan air yang tenang, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi
keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas. “Tetapi Daud berkata
kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya.
Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.
Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu
menghajarnya dan membunuhnya.” (1 Samuel 17:34-35).
Berdasarkan
pengalaman inilah terciptalah Mazmur 23 ini. Daud menyadari dan merasakan
betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang
gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata, “Tuhan
adalah gembalaku.” Gembala yang baik adalah yang mengerti kebutuhan domab-dombanya. “Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia
menyegarkan jiwaku.” (Mazmur 23:2-3a).
“Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;”
(Yohanes 10:11)
Daud
menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba; lemah, tak berdaya, tidak
bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali
lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat. “Aku sesat seperti domba
yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan.”
(Mazmur 119:176). Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat
dibutuhkan. Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala
kebutuhannya terpenuhi.
Daud
mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan
akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan ia mau menerima
kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasih-Nya setiap
saat. Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga “Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4).
Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan
mengikutinya. “Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di
depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”
(Yohanes 10:4). Selain itu di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat. Gada
berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan
memangsa domba. Sedangkang tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong
domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari
gembala atau sedang ke luar dari jalur. Pukulan itu tidak keras tapi terasa
sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka. Atau tongkat dikalungkan ke
leher domba dangan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau
rombongan, sebab jika domba berjalan sendirian dan tercerai dikhawatirkan akan
tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.
Memang
tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi
semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.
“Tuhan
adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombanya. Sebagai
Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar