“Orang
yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”
(Amsal 25:28)
Sering
kita jumpai banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi “batu sandungan” bagi
orang lain karena memiliki tabiat kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak
terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip…intinya
kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Apa
itu pengendalian diri? Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau
dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap
segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Pengendalian diri berkenaan dengan
komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik
disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan
kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan.
Memiliki pengedalian diri berarti berani berkata tidak terhadap segala hal yang
berbau kefasikan dan keduniawian seperti tertulis: “Ia mendidik kita supaya
kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini,” (Titus 2:12).
Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja
keras, karena “…roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat
utama mengikut Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Mampu
mengendalikan diri berarti “….Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya
kepada Kristus,” (2 Korintus 10:5).
Ketika
mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, di tengah situasi sulit dan
menghadapi orang-orang yang terkadang diijinkan Tuhan untuk membentuk dan
menguji kita, mampukah kita menunjukkan sikap pengendalian diri dan tetap
memegang teguh nilai-nilai iman, sehingga melalui sikap dan perbuatan kita
orang lain tidak lagi “tersandung?
“Rasul
Paulus bertekad, “….aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1
Korintus 9:27).
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar