Halaman

Selasa, 11 Maret 2014

MENGHAKIMI DIRI SENDIRI

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2)

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "menghakimi" berarti mengadili atau berlaku sebagai hakim. Seyogyanya orang yang menghakimi adalah orang yang sikap dan tindakan hidupnya benar sehingga ia dapat menghakimi dengan adil. Nyatanya kita justru menemukan kondisi yang sebaliknya. Banyak orang menghakimi sesamanya, padahal ia sendiri melakukan kesalahan yang sama. Penghakiman semacam ini menunjukkan kemunafikan.
Perintah Yesus agar tidak menghakimi merupakan teguran atas kemunafikan orang Farisi yang gemar menghakimi kesalahan orang lain, namun mengabaikan kesalahan sendiri "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:1,5). Yesus mengingatkan bahwa standar yang kita gunakan dalam menghakimi orang lain juga akan digunakan untuk menghakimi sikap dan tindakan kita "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jadi, jauh lebih baik kita memperhatikan sikap dan tindakan kita daripada menghakimi tindakan orang lain "Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Matius 7:4). Kita perlu waspada sebab salah satu cara termudah untuk menutupi kelemahan dan kesalahan sendiri adalah dengan menghakimi kelemahan dan kesalahan orang lain.
Sikap dan tabiat buruk orang lain tampak jelas, padahal sebenarnya kita memiliki keburukan yang sama. Kita lebih mudah memaafkan kesalahan diri sembari membesarkan kelemahan orang lain. Kala kita mulai fokus pada kesalahan orang lain, berhentilah sejenak dan ujilah diri sendiri. Jangan-jangan kita sedang menutupi kesalahan pribadi. Dengan menguji diri sendiri, kita termotivasi untuk memaafkan kesalahan orang lain dan tetap mengasihinya.
"Saat kita menghakimi sesama, kita kehilangan kesempatan untuk memaafkan, dan mengasihi mereka."
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar