“setiap
orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan
juga lambat untuk marah;” (Yakobus 1:19)
Kehidupan
orang yang berkomitmen melayani Tuhan adalah kehidupan orang yang harus memancarkan
terang bagi sekelilingnya, seperti sebuah pelita yang diletakkan “....di atas
kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” (Matius 5:15).
Jika tidak, ia hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ada
banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam
kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter Kristus.
Bukankah hal ini sangat menyedihkan? Padahal Alkitab menegaskan, “Barangsiapa
mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah
hidup.” (1 Yohanes 2:6). Di lingkup gereja mereka tampak begitu rohani dan
berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di tengah-tengah dunia ini ia sama
sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat egois. Kasih mereka menjadi
sangat dingin. Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum
percaya? Padahal Tuhan Yesus telah telah memberikan teladan hidup yang luar
biasa, Ia datang “....bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).
Bagaimana
kita bisa memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah jika kita sendiri tidak
mengasihi jiwa-jiwa? Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah melayani
seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas kasihan
dan empati terhadap orang lain. Namun kita seringkali dengan sengaja menghindar
dan menjauhi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang lain tidak
harus berkorban secara materi. Salah satu wujud kasih kepada orang lain adalah
kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi “good listener
(pendengar yang baik)” untuk setiap keluh kesah mereka. Jadi permulaan kasih
kepada sesama dimulai dari belajar mendengarkan; dan kemauan untuk mendengar
adalah syarat utama yang dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran.
Dengan belajar mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan
diri untuk mendengarkan suara Tuhan.
“Bisakah
kita disebut melayani Tuhan jika kita tidak punya kasih dan empati?”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar