Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

TULUS MEMINTA MAAF


“Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kejadian 3:12)

Ada seorang pemuda lupa memenuhi janji pada sang kekasih untuk pergi makan malam di hari peringatan setahun mereka berpacaran. Ia meminta maaf dan member alas an klise seperti pekerjaan kantor yang menumpuk, mengejar deadline dan sebagainya. Sang gadis hanya diam. Kuatir, sang pemuda pun meminta saran kepada sang bunda. “Nak, cobalah kau minta maaf lagi. Katakana, kau ingin minta maaf, amat menyesal dank au mengajaknya pergi ke restoran pilihan gadismu sebagai gantinya.” Dorong sang bundanya.
Meminta maaf tidak mudah dilakukan kebanyakan orang. Lebih parahnya lagi, walaupun dilakukan tetapi dibumbui berbagai alas an. Ini mengakibatkan penyesalan yang diutarakan tidak tulus. Penyesalan seperti ini ditunjukkan oleh Adam dan Hawa ketika mereka sadar telah melanggar perintah Tuhan. Alih-alih memohon ampun dan mengakui kesalahan, mereka justru mencari-cari alasan untuk membenarkan diri. Adam menunjuk Hawa sebagai kambing hitam dan Hawa yang menyalahkan si ular yang membujuknya. Hal sebaliknya di lakukan Daud. Ia mengakui kesalahan karena telah membunuh Uria prajurit  sendiri dan mengambil istri tentara pemberani itu. Dalam permintaan maaf yang tulus terdapat dua bagian. Pertama pengakuan akan kesalahan dan penyesalan kita atas-Nya, kedua janji kita untuk membayar kesalahan atau menggantinya dengan sesuatu yang baik. Dua hal itu tidak terpisah dan saling melengkapi.
Sebagai manusia kita tidak terlepas dari kesalahan, baik pada sesama, terlebih pada Tuhan, sudah selayaknya kita memohon ampun dengan tulus dan jangan ada memberi alasan atau berdalih ketika telah bersalah dalam bentuk apa pun. Mari kita lakukan pemberesan kesalahan dengan dua hal tersebut. Ingatlah, itikad kita untuk melakukannya searah dengan kedewasaan iman kita pada Tuhan.
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar