Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

BELAJAR UNTUK SABAR


“Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (Mazmur 75:7-8)

Sebagian orang Kristen mungkin akhir-akhir ini hatinya mulai berubah, tidak lagi bersungguh-sungguh dalam Tuhan. Semangat melayani Tuhan berangsur-angsur surut dan akhirnya padam sama sekali, tidak punya antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Selidik punya selidik, beberapa kecewa dan marah kepada Tuhan karena doanya belum beroleh jawaban. Mereka tidak sabar menunggu waktu Tuhan!
Setiap orang pasti berharap bahwa dosa-dosanya dijawab Tuhan dalam waktu sekejap, secepat kilat atau dalam waktu semalam. Kita memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak kita. Padahal kita sudah sering membaca ayat firman Tuhan ini: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9). Ada doa yang segera dijawab oleh Tuhan, ada yang butuh waktu lebih lama, bahkan ada pula yang harus mengalami penundaan jawaban, karena Tuhan memiliki waktu tersendiri untuk menjawab doa kita. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, agenda-Mya bukanlah agenda kita, tapi “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,” (Pengkhotbah 3:11). Karena itu sesulit apa pun keadaan kita biarlah kita tetap menjaga sikap hati dengan benar.
Ada beberapa alasan mengapa kita harus menunggu waktu Tuhan. Tuhan ingin supaya ingin supaya kita belajar sabar. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Amsal 16:32). Kata “sabar” bisa diartikan tidak cepat marah. Saat dalam masalah seringkali kita mudah marah, emosi dan hilang kesabaran. Yang Tuhan kehendaki, selama doa kita belum beroleh jawaban, kita tetap bersabar menanti-nantikan waktu Tuhan.
Daud butuh waktu 13 tahun sebelum menjadi raja Israel, walaupun ia punya kesempatan lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul: namun ia tidak menggunakan “kesempatan” tersebut karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan. Daud bersabar menunggu waktu Tuhan sampai Ia bertindak dan mengangkatnya.
“Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.” (Yakobus 5:7)
Abraham membutuhkan waktu 25 tahun sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan untuk mendapatkan keturunan. Ketika dipanggil keluar dari negeri nenek moyangnya (Ur-Kasdim) dan mendapatkan janji-janji Tuhan, Abraham berumur 75 tahun, dan kemudian Alkitab mencatat bahwa ia “….berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.” (Kejadian 21:5)
Contoh lain adalah Kaleb, ia harus menunggu 45 tahun untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya. Tertulis: “Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;” (Yosua 14:10). Lalu, “Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.” (Yosua 14:13). Tuhan seperti menutup mata dan tidak memperhatikan ketekunan mereka sampai terjadi penundaan begitu lama sehingga semua Nampak bauruk, tetapi dari kisah tokoh Alkitab ini Tuhan hendak menegaskan bahwa “….semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;” (Mazmur 25:3a). cepat atau lambat janji Tuhan pasti digenapi-Nya!
Yakobus memberikan nasihat agar kita bersabar dalam menanti-nantikan Tuhan. Kata “sabar” ini sampai diulang sebanyak 4x, bukti bahwa bersabar adalah sesuatu yang sangat penting dan merupakan kunci untuk bisa menang dalam ujian waktu Tuhan, seperti seorang petani yang dengan sabar menantikan hasil panen meski harus melewati musim gugur, suatu masa yang juga dialami Habakuk. “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,” (Habakuk 3:17).
“Selama musim gugur tetaplah menabur dan bekerja, supaya saat musim tiba ada tuaian.
“Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36)
Meski mengalami masa-masa yang kering nabi Habakuk tetap menguatkan hati kepada Tuhan: “…aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (Habakuk 3:18-19). Pada saat yang tepat kesabaran kita pasti akan membuahkan hasil, musim gugur akan segera berlalu dan berganti dengan musim semi. “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” (2 Korintus 2:6). Di musim semi inilah segala jerih lelah kita akan terbayar, apa yang kita tabor akan kita tuai, setiap pergumulan kita akan segera terjawab. Akhirnya “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.” (Mazmur 126:5).
Belajar sabar berarti selalu mengucap syukur kepada Tuhan di segala keadaan dan memiliki penyerahan penuh kepada-Nya. “Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,” (Yakobus 5:9). Lawan kata bersyukur adalah bersungut-sungut dan mengomel. Jika kita bertindak demikian kita sedang melangkah menjauh dari penggenapan janji Tuhan. Karena itu “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18). Belajar sabar berarti belajar percaya pula. Saat dalam perjalanan menuju rumah Yairus-seorang kepala rumah ibadat yang anaknya sedang sakit keras-langkah Yesus sempat tertahan karena Ia bertemu dengan wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, sehingga mujizat bagi anak Yairus sepertinya tertunda: anak Yairus itu pun meninggal dunia. Tetapi pada saat yang tepat Yesus tidak menyembuhkan anak Yairus itu, melainkan membangkitkannya dari antara orang mati. Dahsyat! Sepertinya Tuhan menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita, ternyata di balik penundaan itu ada perkara-perkara yang heran dan ajaib yang akan dinyatakan!
“Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong kita, yang Ia kehendaki adalah kita belajar untuk bersabar, tetap mengucap syukur dan tetap percaya kepada-Nya!
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar