“Sebab
bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya
peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan
ditinggikan-Nya yang lain.” (Mazmur 75:7-8)
Sebagian
orang Kristen mungkin akhir-akhir ini hatinya mulai berubah, tidak lagi
bersungguh-sungguh dalam Tuhan. Semangat melayani Tuhan berangsur-angsur surut
dan akhirnya padam sama sekali, tidak punya antusias terhadap perkara-perkara
rohani. Apa penyebabnya? Selidik punya selidik, beberapa kecewa dan marah
kepada Tuhan karena doanya belum beroleh jawaban. Mereka tidak sabar menunggu
waktu Tuhan!
Setiap
orang pasti berharap bahwa dosa-dosanya dijawab Tuhan dalam waktu sekejap,
secepat kilat atau dalam waktu semalam. Kita memaksa Tuhan untuk mengikuti
kehendak kita. Padahal kita sudah sering membaca ayat firman Tuhan ini: “Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9). Ada
doa yang segera dijawab oleh Tuhan, ada yang butuh waktu lebih lama, bahkan ada
pula yang harus mengalami penundaan jawaban, karena Tuhan memiliki waktu
tersendiri untuk menjawab doa kita. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, agenda-Mya
bukanlah agenda kita, tapi “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,”
(Pengkhotbah 3:11). Karena itu sesulit apa pun keadaan kita biarlah kita tetap
menjaga sikap hati dengan benar.
Ada
beberapa alasan mengapa kita harus menunggu waktu Tuhan. Tuhan ingin supaya
ingin supaya kita belajar sabar. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Amsal 16:32).
Kata “sabar” bisa diartikan tidak cepat marah. Saat dalam masalah seringkali
kita mudah marah, emosi dan hilang kesabaran. Yang Tuhan kehendaki, selama doa
kita belum beroleh jawaban, kita tetap bersabar menanti-nantikan waktu Tuhan.
Daud
butuh waktu 13 tahun sebelum menjadi raja Israel, walaupun ia punya kesempatan
lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul: namun ia tidak menggunakan
“kesempatan” tersebut karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan. Daud bersabar
menunggu waktu Tuhan sampai Ia bertindak dan mengangkatnya.
“Karena
itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya
petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah
turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.” (Yakobus 5:7)
Abraham
membutuhkan waktu 25 tahun sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan untuk
mendapatkan keturunan. Ketika dipanggil keluar dari negeri nenek moyangnya
(Ur-Kasdim) dan mendapatkan janji-janji Tuhan, Abraham berumur 75 tahun, dan
kemudian Alkitab mencatat bahwa ia “….berumur seratus tahun, ketika Ishak,
anaknya, lahir baginya.” (Kejadian 21:5)
Contoh
lain adalah Kaleb, ia harus menunggu 45 tahun untuk mengalami penggenapan janji
Tuhan dalam hidupnya. Tertulis: “Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah
memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima
tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu
orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan
puluh lima tahun aku hari ini;” (Yosua 14:10). Lalu, “Yosua memberkati Kaleb bin
Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.” (Yosua
14:13). Tuhan seperti menutup mata dan tidak memperhatikan ketekunan mereka
sampai terjadi penundaan begitu lama sehingga semua Nampak bauruk, tetapi dari
kisah tokoh Alkitab ini Tuhan hendak menegaskan bahwa “….semua orang yang
menantikan Engkau takkan mendapat malu;” (Mazmur 25:3a). cepat atau lambat
janji Tuhan pasti digenapi-Nya!
Yakobus
memberikan nasihat agar kita bersabar dalam menanti-nantikan Tuhan. Kata
“sabar” ini sampai diulang sebanyak 4x, bukti bahwa bersabar adalah sesuatu
yang sangat penting dan merupakan kunci untuk bisa menang dalam ujian waktu
Tuhan, seperti seorang petani yang dengan sabar menantikan hasil panen meski
harus melewati musim gugur, suatu masa yang juga dialami Habakuk. “Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,” (Habakuk
3:17).
“Selama
musim gugur tetaplah menabur dan bekerja, supaya saat musim tiba ada tuaian.
“Tetapi
Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah
ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36)
Meski
mengalami masa-masa yang kering nabi Habakuk tetap menguatkan hati kepada
Tuhan: “…aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang
menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki
rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (Habakuk 3:18-19). Pada
saat yang tepat kesabaran kita pasti akan membuahkan hasil, musim gugur akan
segera berlalu dan berganti dengan musim semi. “Seorang petani yang bekerja
keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” (2 Korintus 2:6). Di
musim semi inilah segala jerih lelah kita akan terbayar, apa yang kita tabor
akan kita tuai, setiap pergumulan kita akan segera terjawab. Akhirnya
“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorai.” (Mazmur 126:5).
Belajar
sabar berarti selalu mengucap syukur kepada Tuhan di segala keadaan dan
memiliki penyerahan penuh kepada-Nya. “Saudara-saudara, janganlah kamu
bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,” (Yakobus 5:9). Lawan kata
bersyukur adalah bersungut-sungut dan mengomel. Jika kita bertindak demikian
kita sedang melangkah menjauh dari penggenapan janji Tuhan. Karena itu
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18). Belajar sabar berarti
belajar percaya pula. Saat dalam perjalanan menuju rumah Yairus-seorang kepala
rumah ibadat yang anaknya sedang sakit keras-langkah Yesus sempat tertahan
karena Ia bertemu dengan wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, sehingga
mujizat bagi anak Yairus sepertinya tertunda: anak Yairus itu pun meninggal
dunia. Tetapi pada saat yang tepat Yesus tidak menyembuhkan anak Yairus itu,
melainkan membangkitkannya dari antara orang mati. Dahsyat! Sepertinya Tuhan
menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita, ternyata di balik penundaan itu
ada perkara-perkara yang heran dan ajaib yang akan dinyatakan!
“Tuhan
tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong kita, yang Ia
kehendaki adalah kita belajar untuk bersabar, tetap mengucap syukur dan tetap
percaya kepada-Nya!
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar