“Dalam
tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan
raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari
pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.” (Daniel
1:20)
Hari
ini kita belajar dari seorang muda yang mampu “mengalahkan” dunia. Daniel
adalah orang muda yang memiliki roh luar biasa dan memiliki kualitas hidup di
atas rata-rata. Dalam bahasa Ibrani nama “Daniel” memiliki arti “Tuhanlah
hakimku”. Kata “hakim” sendiri memiliki makna yang sangat luar biasa, suatu
gambaran tentang kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung hikmat, kekudusan,
intelektual dan juga integritas. Daniel adalah seorang dari orang-orang muda
pilihan yang ditangkap dan dibawa oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu
Yerusalem runtuh. “….orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang
berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak
dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk
bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang
Kasdim.” (Daniel 1:4). Di negeri Babel, oleh pemimpin pegawai istana, nama
Daniel diganti menjadi Beltsazar.
Meski
berada di negeri pembuangan, grafik kehidupan Daniel bukannya makin merosot,
justru sebaliknya makin hari makin naik seperti janji firman-Nya, “TUHAN akan
mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik
dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang
kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,” (Ulangan 28:13).
Keberhasilan Daniel didapat bukan karena melakukangan kecurangan, suap atau
kompromi, tapi karena ia memiliki kualitas hidup yang “berbeda” dari orang
lain. Inilah yang dilakukan Daniel: pertama, ia berkomitmen untuk hidup kudus.
Bukanlah perkara yang mudah bagi anak muda untuk menajiskan diri dari
perkara-perkara duniawi. “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya
dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah
kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”
(Daniel 1:8).
Daniel
bersikap tegas dan tidak mau kompromi sedikit pun dengan dosa dan tetap
berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidupnya. Apa kuncinya? “Dengan apakah
seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan
firman-Mu.” (Mazmur 119:9).
“Lalu
raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar,
dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi
kepala semua orang bijaksana di Babel.” (Daniel 2:48)
Kedua,
Daniel memiliki pergaulan yang baik. Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat
selektif memilih teman, sebab ia sadar bahwa “Janganlah kamu sesat: Pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). Karena itulah
Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama takut akan Tuhan dan
memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung,
manasihati, mengingatkan dan menguatkan. “Besi menajamkan besi, orang
menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17). Berhati-hatilah dalam bergaul! Dengan
siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi
pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita
dikemudian hari, sebab “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi
siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” (Amsal 13:20). Daniel pun
memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya.
Hal
ketiga, adalah Daniel berkomitmen untuk memilihara kehidupan doanya setiap
hari. Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari
berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan. Tertulis: “Dalam kamar atasnya ada
tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut,
berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11).
Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan
kesibukan; meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk
bersekutu dengan Tuhan. Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa. Hal ini
menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di dalam
aspek hidupnya. ”Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang
siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum
menolong mereka?” (Lukas 18:7). Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel
senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.
“Dan
Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada
zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu.” (Daniel 6:29).
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar