Halaman

Senin, 04 November 2013

BATAS PERGAULAN



“kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11)

Kita sering mendengar nasehat semacam ini: “Bergaullah dengan orang yang positif agar kualitas diri kita tumbuh semakin positif.”nasehat yang baik, namun kurang berimbang karena secara halus, mendorong kita untuk menjauhi orang yang negatif. Dengan kriteria itu, Yesus termasuk orang yang salah bergaul. Dia dijuluki sebagai sahabat orang berdosa, pelahap, dan pemabuk.
Perikop hari ini memuat larangan keras untuk bergaul dengan orang tertentu. Orang seperti apakah yang patut kita jauhi? Orang itu berbuat dosa yang tidak lazim dan lebih bobrok dari perbuatan orang berdosa pada umumnya, “bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya.” (1 Korintus 5:1). Secara tersirat, orang itu bukan sedang bergumul melawan dosa, melainkan menikmatinya dan tidak malu memamerkannya, “Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?” (1 Korintus 5:2). Dan, orang itu mengaku sebagai orang Kristen, padahal sejatinya ia tidak percaya pada Tuhan Yesus Krisrus “supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11). Adakah orang yang separah itu diantara kita?
Paulus juga menyatakan, kita hanya mendisiplinkan anggota jemaat “Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?” (1 Korintus 5:12). Pendisiplinan ini dilakukan atas kesepakatan jemaat, bukan karena sentimen pribadi “Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” (1 Korintus 5:4-5). Dan, yang tak kurang penting, tujuan akhir pengucilan ini bukan untuk membinasakan jiwanya, melainkan untuk menyelamatkan dan memulihkannya “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” (1 Korintus 5:5).
Dengan kriteria itu, tampaknya tidak banyak orang yang perlu kita jauhi. Secara umum, kita diarahkan untuk berdamai dengan semua orang “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18) dan mengasihi siapa saja. Terhadap musuh pun, kita diminta mendoakan dan memberkati “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44). Lalu, siapa yang tersisa untuk kita benci?
Fokus dalam pergaulan bukanlah mengucilkan orang tertentu, melainkan melayani dan mengasihi semua orang. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar