“kamu
jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah
orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan
orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus
5:11)
Kita
sering mendengar nasehat semacam ini: “Bergaullah dengan orang yang positif
agar kualitas diri kita tumbuh semakin positif.”nasehat yang baik, namun kurang
berimbang karena secara halus, mendorong kita untuk menjauhi orang yang
negatif. Dengan kriteria itu, Yesus termasuk orang yang salah bergaul. Dia
dijuluki sebagai sahabat orang berdosa, pelahap, dan pemabuk.
Perikop
hari ini memuat larangan keras untuk bergaul dengan orang tertentu. Orang seperti
apakah yang patut kita jauhi? Orang itu berbuat dosa yang tidak lazim dan lebih
bobrok dari perbuatan orang berdosa pada umumnya, “bahwa ada percabulan di
antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat
sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada
orang yang hidup dengan isteri ayahnya.” (1 Korintus 5:1). Secara tersirat,
orang itu bukan sedang bergumul melawan dosa, melainkan menikmatinya dan tidak
malu memamerkannya, “Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu
berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah
kamu?” (1 Korintus 5:2). Dan, orang itu mengaku sebagai orang Kristen, padahal
sejatinya ia tidak percaya pada Tuhan Yesus Krisrus “supaya kamu jangan bergaul
dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul,
kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang
demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11).
Adakah orang yang separah itu diantara kita?
Paulus
juga menyatakan, kita hanya mendisiplinkan anggota jemaat “Sebab dengan
wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah
kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?” (1 Korintus 5:12).
Pendisiplinan ini dilakukan atas kesepakatan jemaat, bukan karena sentimen
pribadi “Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku,
dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan
Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada
hari Tuhan.” (1 Korintus 5:4-5). Dan, yang tak kurang penting, tujuan akhir
pengucilan ini bukan untuk membinasakan jiwanya, melainkan untuk menyelamatkan
dan memulihkannya “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada
Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” (1
Korintus 5:5).
Dengan
kriteria itu, tampaknya tidak banyak orang yang perlu kita jauhi. Secara umum,
kita diarahkan untuk berdamai dengan semua orang “Sedapat-dapatnya, kalau hal
itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma
12:18) dan mengasihi siapa saja. Terhadap musuh pun, kita diminta mendoakan dan
memberkati “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44). Lalu, siapa yang tersisa untuk
kita benci?
Fokus
dalam pergaulan bukanlah mengucilkan orang tertentu, melainkan melayani dan
mengasihi semua orang. Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar