“Yang
hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”
(Yesaya 26:3)
Menurut
artikel sebuah surat kabar edisi Juni 2013, memuat kolom tentang stres yang
isinya, “Stres membunuh orang sama atau lebih banyak daripada kebiasaan buruk
seperti merokok, minum-minuman beralkohol, atau tidak berolahraga. Stres juga
merusak “hippocampus”, bagian otak yang berhubungan dengan ingatan dan belajar.
Penelitian di University of London memperlihatkan bahwa stres mental kronis
lebih banyak menyebabkan kanker dan penyakit jantung daripada merokok,
kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.”
Stres
erat hubungannya dengan masalah keuangan, hubungan sosial, pekerjaan, peristiwa
traumatis serta hal-hal kecil, seperti berlalu lintas, pelayanan yang buruk,
tumpukan cucian kotor, mengantar anak ke kegiatan ekstrakurikuler. Karenanya,
selama masih hidup di dunia, kita akan terus bersinggungan dengan stres.
Lalu
apa yang yang harus kita lakukan? Nats hari ini menyebutkan bahwa kepercayaan
kepada Tuhan mendatangkan “damai sejahtera”. Menurut Don Colbert, penulis buku
yang terkenal menyebutkan bahwa, kata “damai sejahtera” dalam ayat ini dapat
dibandingkan dengan kedamaian Yesus saat tertidur di atas perahu yang dihantam
taufan, “Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong
turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada
dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya:
"Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan
air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi
teduh. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka
takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa
gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan
mereka taat kepada-Nya?" (Lukas 8:23-25). Karena lelapnya, Dia tidak
terusik oleh badai itu, dan terpaksa harus dibangunkan.
Yesus
adalah Raja Damai dan Dia menyediakan damai sejahtera yang sama bagi kita. Kita
memperolehnya dengan memusatkan perhatian pada janji Allah dalam firman-Nya dan
mempercayai-Nya. Ketika menghadapi stres, kita dapat berseru kepada-Nya
menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dan mempercayai
pemeliharaan-Nya.
“Bagi
siapapun yang mengaku mempercayai Allah tidak akan membiarkan dirinya dikuasai
stres dan kekhawatiran.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar