“Pembalasan
itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma
12:19b)
Di
sebuah gang sempit di Harlem, New York, seorang pemuda kulit putih mati
dikeroyok oleh dua orang pemuda kulit hitam. Sebelum polisi menemukan kedua
pemuda tersebut, kakak dari pemuda yang meninggal dunia itu yang dipenuhi
dengan dendam, terlebih dahulu membunuh mereka. Tetapi cerita ini tidak sampai
berhenti disitu saja, orangtua dari kedua pemuda kulit hitam itu adalah kepala
gangster kulit hitam dan penjual senjata gelap. Mereka pun membalas membunuh si
pembunuh anak mereka. Yang tadinya hanya satu saja yang mati, malah bertambah
menjadi empat orang hanya karena dendam.
Saudaraku,
tidak ada untungnya bila kita membalas dendam. Meskipun kita diperlakukan
kasar, dipermalukan, disakiti atau nyaris tidak dianggap sebagai manusia,
jauhkanlah diri kita dari rasa dendam. Untuk apa kita balas mencaci maki orang
yang mencaci maki kita. Apa untungnya jika kita menyakiti orang yang menyakiti
kita. Mungkin kita puas ketika kita mampu menyakiti mereka yang menyakiti kita.
Namun harus diingat, kepuasan itu datang dari si iblis. Kepuasan itu
menunjukkan bahwa kita berhasil menjadi manusia paling hebat di mata iblis dan
paling hina di mata Tuhan.
Saudaraku,
pembalasan adalah “jatah” Tuhan. Biar Tuhan yang menentukan hukuman apa yang
pantas diterima oleh orang yang menyakiti kita. Firman Tuhan berkata bahwa apa
yang kita tabur maka itu yang kita tuai, serta apa yang kita ikat di bumi kita
ikat di surga. Jika orang lain menabur kejahatan kepada kita maka ia akan
menuai kejahatannya sendiri tanpa campur tangan kita. Maka bersihkan tangan
kita dari pembalasan. Biar Tuhan yang bekerja memberi keadilan kepada kita.
Oleh
sebab itu belajarlah untuk tidak mengambil “jatah” Tuhan. Tetap bersabar di
dalam Dia maka keadilan itu akan ada untuk kita.
“Siapapun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu.”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar