“Tetapi
hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22)
Seorang
istri yang baru saja menikah dengan suaminya sebulan yang lalu, ingin
memberikan kejutan kepada suaminya. Ia berniat untuk memasak “ARSIK” masakan
kesukaan suaminya. Sebenarnya si istri sama sekali belum bisa memasak, tapi
dengan berbekal sebuah resep pintar dari mamanya, ia meyakinkan dirinya untuk
menelepon suaminya untuk menjanjikan, bahwa ia akan memasak Arsik yang terenak “Ala
Inanta”
Dengan
berbekal buku resep dari mamanya dan hati yang riang, si istri memasak dengan
penuh keyakinan, bahwa suaminya akan bangga dengan Arsik yang dimasaknya.
Setelah menunggu beberapa saat dan sang suami sudah sampai di rumah, masakanpun
siap dihidangkan. Tetapi saat makanan di cicipi betapa kecewa hati si istri,
karena ternyata rasa masakannya sungguh di luar harapannya. Masakan tersebut
mempunyai rasa yang tidak karuan. Dengan nada kecewa bercampur bingung, sang
istri tersebut seakan-akan bertanya pada diri sendiri, “Kenapa jadi begini ya?
Padahal saya telah memasak sesuai dengan apa yang dituliskan oleh mama.” Ketika
keluh kesahnya disampaikan kepada sang suami, tetapi dengan sabar si suami
menjawab, “Mengetahui teori saja tidak cukup, karena untuk bisa menghasilkan
masakan yang sempurna, kamu harus memperaktekkannya secara terus-menerus sambil
memperbaiki berbagai kekurangan.”
Bukankah
hidup kita tak ubahnya dengan kisah di atas? Kita memiliki begitu banyak teori
tentang Tuhan: tentang berbuat baik: tentang mengasihi: tentang berkorban dan
bahkan kita mengetahui isi Alkitab, tapi apakah artinya semua teori dan pengetahuan
tentang firman Tuhan, jika teori itu tidak pernah dilakukan dalam hidup kita?
Mendengar firman Tuhan adalah sesuatu yang baik dan mempelajari Firman adalah
keharusan, tetapi harus dilaksanakan dan diwujudkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tanpa melakukannya, Firman itu tidak akan menjadi sempurna dalam
hidup kita. Karena semua pengetahuan yang baik yang kita miliki, tidak kita
gunakan untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Tanpa
melakukan firman Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, maka kita telah membohongi
diri sendiri, dimana kita mengira kita telah mengerti Firman. Tetapi pengertian
kita hanya sebatas ranah kognitif kita saja. Firman Tuhan bukanlah sebuah buku
bacaan yang hanya sekedar dipahami. Firman adalah perintah. Sama seperti seorang
raja mengirimkan surat perintah kepada
bawahannya, dapatkah bawahannya hanya membaca dan mengerti isi surat perintah
itu tanpa melakukannya? Setiap yang dibaca, setiap yang dimengerti oleh bawahan
terhadap isi surat perintah raja, menjadi acuannya untuk bertindak dan
melakukan isi surat perintah itu.
Jadi
saudaraku, jika Anda hanya membaca dan merenungkan firman Tuhan, itu belumlah
cukup, karena ada sebab perintah yang tak boleh Anda abaikan, yaitu perintah
untuk menjadi pelaku firman Tuhan. Karena itu, jadilah pelaku firman Tuhan,
bukan hanya pendengar saja!
“Bukan
orang yang mendengar firman Tuhan yang
akan masuk Kerajaan Sorga, tetapi yang melakukannya dengan taat”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar