“Dapatkah
seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari
kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
(Yesaya 49:15)
Sebagai
orangtua, kadang saya terintimidasi dengan nasihat bahwa orangtua harus
mendidik anaknya bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan teladan. Namun
tidak sedikit cara hidup saya yang tidak patut diteladani. Bagaimana
menyikapinya?
Untuk
menggambarkan kesetiaan Allah, Yesaya antara lain membandingkan kasih Allah
dengan kasih ibu. Ibu atau orangtua berpotensi melukai dan bahkan meninggalkan
anak kandungnya, tetapi Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Mengapa
kita tidak menggarisbawahi fakta ini dalam pengasuhan anak?
Seorang
yang bernama Matthew Sims, dalam blog Grace For Sinners, bercerita bagaimana ia
berjanji kepada anaknya. Anaknya berulang-ulang menagih janji itu. Karena belum
dapat menepatinya, ia berkata, “Ayah mengasihimu dan, saat ayah berjanji, ayah
akan berusaha keras untuk menepatinya. Namun, siapa coba yang tidak pernah
melanggar janji? Tuhan. Sekalipun ayah sudah berusaha sebaik mungkin, bisa saja
terjadi hal-hal yang tak terduga. Namun, tidak ada yang dapat menggagalkan rencana
Tuhan. Dia merancangkan segala sesuatu dan memegang kendali atas segala
situasi.
Cara
yang inspiratif! Dengan itu, anak diarahkan untuk memandang bukan kepada
manusia, melainkan kepada Tuhan, dan mengandalkan kedaulatan-Nya. Anak juga
melihat bahwa orangtuanya cukup rendah hati untuk mengakui kelemahannya dan
bersedia berpaling kepada anugerah Tuhan untuk mengatasi kelemahan itu. Ini
teladan yang bakal sulit untuk dilupakan anak, bukan?
“Teladan
terbaik yang dapat diberikan orangtua: mengarahkan anak untuk berpegang teguh
pada kesetiaan Tuhan.”
Amin.
Tuhan
Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar