Halaman

Rabu, 13 November 2013

HIDUP JUJUR



“Lalu Akhis memanggil Daud, dan berkata kepadanya: "Demi TUHAN yang hidup, engkau ini orang jujur dan aku memandang baik, jika engkau keluar masuk bersama-sama dengan aku dalam tentara, sebab aku tidak mendapati sesuatu kejahatan padamu, sejak saat engkau datang kepadaku sampai hari ini;...” (1 Samuel 29:6)

Tidak mudah bagi seseorang pelarian seperti Daud hidup di tengah-tengah musuh Israel, yaitu bangsa Filistin. Namun ada satu hal yang menarik dan diakui oleh salah satu tokoh Filistin, Akhis, bahwa Daud adalah sosok pribadi yang jujur dan memiliki karakter yang baik. Hasil dari kejujuran dan karater baik itu ialah Daud hidup benar di hadapan raja dan rakyat Filistin, sehingga ia bisa tinggal di antara mereka untuk sementara waktu. Padahal jika Daud mau selama pelarian ia bisa saja berbuat macam-macam, seperti kejahatan, perampokan dan lain-lain. Apalagi selama dalam pelarian ia hidup bersama dengan orang-orang frustasi, dikejar hutang dan banyak orang dengan catatan kriminal.
Kondisi itu tidak berbeda dengan situasi terkini, orang percaya hidup bersama dengan orang dunia dengan gaya hidup dan memiliki pikiran yang beragam. Wajar, jika orang mengambil jalan pintas, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tertentu. Apalagi hal itu didorong oleh naiknya harga kebutuhan pokok sehari-hari dan gaya hidup yang kurnag mensyukuri berkat Tuhan.
Paham terkini dikenal dengan “Hedonisme”, yaitu ajaran yang menyakinkan anak muda untuk hidup bersenang-senang, menghindari hal-hal yang susah alias tidak mengenakkan. Terekspos oleh media makin banyak orang percaya yang menjadi terdakwa dengan tuduhan korupsi, bahkan ada yang tertangkap tangan menerima suap dari pihak tertentu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Otomatis kini mereka berurusan dengan hukum.
Kepribadian yang positif seperti Daud akhirnya menghasilkan relasi yang baik dengan Tuhan. Ia memuliakan Tuhan dan akibat positifnya ialah keluarga Daud dan semua bangsa diberkati setelah ia menjadi raja. Dari nats di bawah ini dapat terlihat dengan jelas, adanya relasi antara kepribadian dan kehidupan rohani seorang pemimpin akan berdampak kepada orang yang dipimpinnya, sekaligus berkat Tuhan (jasmani dan rohani) akan tercurah kepada mereka juga. au“Dd dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap.” (2 Samuel 6:5) dan “Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam.” (2 Samuel 6:18).
Panggilan Tuhan Yesus kepada orang percaya ialah mencari Kerajaan Allah sesuai dengan firman-Nya, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33). Bahkan Tuhan memerintahkan orang percaya untuk memikul salib dan mengikuti-Nya, “Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23). Orang percaya diperhadapkan dengan tantangan apakah masih bisa hidup benar, jujur, sesuai dengan firman Tuhan di tengah-tengah situasi dunia yang serba kompetetif dan banyak permasalahan, walau hal itu terasa tidak nyaman bagi dirinya.
“Nilai sebuah kejujuran adalah dipercayai dan dilimpahi dengan segala berkat.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar