“Lalu
Akhis memanggil Daud, dan berkata kepadanya: "Demi TUHAN yang hidup,
engkau ini orang jujur dan aku memandang baik, jika engkau keluar masuk
bersama-sama dengan aku dalam tentara, sebab aku tidak mendapati sesuatu
kejahatan padamu, sejak saat engkau datang kepadaku sampai hari ini;...” (1
Samuel 29:6)
Tidak
mudah bagi seseorang pelarian seperti Daud hidup di tengah-tengah musuh Israel,
yaitu bangsa Filistin. Namun ada satu hal yang menarik dan diakui oleh salah
satu tokoh Filistin, Akhis, bahwa Daud adalah sosok pribadi yang jujur dan
memiliki karakter yang baik. Hasil dari kejujuran dan karater baik itu ialah
Daud hidup benar di hadapan raja dan rakyat Filistin, sehingga ia bisa tinggal
di antara mereka untuk sementara waktu. Padahal jika Daud mau selama pelarian
ia bisa saja berbuat macam-macam, seperti kejahatan, perampokan dan lain-lain.
Apalagi selama dalam pelarian ia hidup bersama dengan orang-orang frustasi,
dikejar hutang dan banyak orang dengan catatan kriminal.
Kondisi
itu tidak berbeda dengan situasi terkini, orang percaya hidup bersama dengan
orang dunia dengan gaya hidup dan memiliki pikiran yang beragam. Wajar, jika
orang mengambil jalan pintas, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
tertentu. Apalagi hal itu didorong oleh naiknya harga kebutuhan pokok
sehari-hari dan gaya hidup yang kurnag mensyukuri berkat Tuhan.
Paham
terkini dikenal dengan “Hedonisme”, yaitu ajaran yang menyakinkan anak muda
untuk hidup bersenang-senang, menghindari hal-hal yang susah alias tidak mengenakkan.
Terekspos oleh media makin banyak orang percaya yang menjadi terdakwa dengan
tuduhan korupsi, bahkan ada yang tertangkap tangan menerima suap dari pihak
tertentu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Otomatis kini mereka
berurusan dengan hukum.
Kepribadian
yang positif seperti Daud akhirnya menghasilkan relasi yang baik dengan Tuhan.
Ia memuliakan Tuhan dan akibat positifnya ialah keluarga Daud dan semua bangsa
diberkati setelah ia menjadi raja. Dari nats di bawah ini dapat terlihat dengan
jelas, adanya relasi antara kepribadian dan kehidupan rohani seorang pemimpin
akan berdampak kepada orang yang dipimpinnya, sekaligus berkat Tuhan (jasmani
dan rohani) akan tercurah kepada mereka juga. au“Dd dan seluruh kaum Israel
menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi,
gambus, rebana, kelentung dan ceracap.” (2 Samuel 6:5) dan “Setelah Daud
selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah
bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam.” (2 Samuel 6:18).
Panggilan
Tuhan Yesus kepada orang percaya ialah mencari Kerajaan Allah sesuai dengan
firman-Nya, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33). Bahkan Tuhan
memerintahkan orang percaya untuk memikul salib dan mengikuti-Nya, “Kata-Nya
kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas
9:23). Orang percaya diperhadapkan dengan tantangan apakah masih bisa hidup
benar, jujur, sesuai dengan firman Tuhan di tengah-tengah situasi dunia yang
serba kompetetif dan banyak permasalahan, walau hal itu terasa tidak nyaman
bagi dirinya.
“Nilai
sebuah kejujuran adalah dipercayai dan dilimpahi dengan segala berkat.”
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar