"
Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan
hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka
berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya
jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Sejak hari itu maka Saul selalu
mendengki Daud.” (1 Samuel 18:6-9)
Suatu
hari, warga kota Atena memberikan sebuah meja marmer yang bagus sekali dari
Italia Selatan untuk dihadiakan kepada Plato. Plato diberi hadiah karena dia
diangkat sebagai warga Atena yang terhormat. Plato sangat senang, lalu ia
mengundang semua teman-temannya untuk berpesta merayakannya. Semua
teman-temannya datang, makan dan minum. Saat pesta itu hampir selesai,
datanglah seorang teman Plato yang juga adalah seorang filsuf, dengan sepatu
yang kotor karena telah berjalan berkilo-kilometer dari desanya. Dia berkata,
“Saudara-saudaraku, saya sangat menghormati Plato. Saya tahu Plato diangkat
menjadi anggota warga kota yang mulia dan terhormat, serta juga dihadiahi
sebuah marmer yang begitu indah.” Kemudian dia langsung melompat ke atas meja
marmer itu dengan sepatu kotornya dan menginjak-injak meja itu. “Supaya Plato
tidak sombong, maka saya harus menginjak-injak meja ini untuk mengingatkannya.
Saya menginjak-injak kesombongan Plato.” Sesudah itu, orang tersebut turun dari
meja. Apakah benar Plato sombong karena diangkat menjadi warga Atena yang
terhormat? Tentu tidak, dia hanya menyelenggarakan pesta untuk merayakannya
bersama teman-temannya. Apabila kita diposisi Plato pada saat itu, pasti kita
akan marah besar. Tetapi Plato hanya terdiam sejenak, lalu ia masuk ke kamar
dan keluar dengan sebuah sapu, dan menyapu meja yang kotor itu. Kata Plato,
“Kawanku yang agung, dengan persahabatan yang begitu hebat, kamu rela datang
dari tempat yang begitu jauh untuk merayakan keunggulan kamu, aku sangat
berterima kasih lagi, karena kamu telah menginjak-injak kesombonganku, tetapi
sekarang, aku harus menyapu iri hatimu.”
Iri
hati dan sombong itu saudara sepupu, apabila ada yang mengatakan kepada kita
berulang-ulang bahwa kita sombong, tetapi sebenarnya kita tidak berlaku sombong
berarti orang tersebut mulai iri kepada kita. Kita tidak perlu iri hati dengan
apa yang kita dimiliki orang lain, karena sebenarnya kita memiliki kelebihan
tersendiri. Kalau ada orang lain yang lebih pandai dari kita, akuilah
kepandaian dan kelebihannya, lalu belajarlah untuk bisa meraih hal itu. Pujilah
dia, karena dia memang layak dipuji atas kepandiannya. Tidak perlu iri hati,
karena iri hati akan merugikan kita sendiri, sehingga kita tidak bisa
berkembang sebagaimana mestinya. Raja Saul seharusnya bisa menjadi lebih baik
jika dia mau belajar dari kelebihan Daud, namun karena dia iri hati terhadap
Daud, dia tidak berkembang, bahkan sejak hari itu Saul selalu merancang hal
yang jahat terhadap Daud, sehingga roh jahat berkuasa atas Saul.
Pada
saat kebencian terhadap sesama timbul, maka roh jahat akan berkuasa atas kita,
dan hal itu dapat menyebabkan rasa ingin menyingkirkan orang yang kita benci
dengan cara-cara yang kejam, misalnya dengan membunuh. Untuk itu mari kita
belajar menerima kelebihan orang lain dengan lapang dada dan dengan rendah hati
belajar darinya.
Amin.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar