“Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut
Markus; tetapi Paulus dengan tegas
berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di
Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.” (Kisah Para
Rasul 15:37-38)
Banyak orang mengagumi suara emas pemenang
Indonesian Idol 2012, “Regina Ivanova.” Menariknya, ia pernah gagal dalam enam audisi sebelumnya. Selain
kegigihannya, peraturan kompetisi yang mengizinkan mereka yang pernah gagal untuk
mencoba lagi. Pada kesempatan ketujuh, Regina tampil fantastis dan menjadi
pemenang. Seandainya peraturannya berbunyi lain, mungkin nama Regina tak akan
pernah kita kenal.
Kesempatan untuk mencoba lagi juga pernah dialami
Yohanes Markus. Ia tercatat “gagal” dalam pelayanan perdananya bersama Barnabas
dan Paulus ke pulau Siprus “Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah
di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi. Dan Yohanes menyertai mereka sebagai
pembantu mereka. Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar
ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes meninggalkan mereka lalu kembali ke
Yerusalem.” ( Kisah Pr. Rasul 13:5,13). Namun, ketika akan melayani lagi
ketempat yang sama, Barnabas justru ingin mengajak Markus. Barnabas tentu memiliki
alasan kuat. Mungkin ia melihat Markus sudah berubah. Atau paling tidak ia
ingin memberikan bimbingan dan kesempatan lagi kepada Markus. Kegagalan
sebelumnya tidak membuatnya menyerah atas hidup Markus, dan untuk itu ia bahkan
mengambil resiko berpisah dengan rekan kerja yang “lebih handal” ( Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam,
sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke
Siprus.” (Kisah Pr. Rasul 15:39). Alkitab mencatat bahwa kepercayaan yang
diberikan Barnabas kepada Markus tidaklah sia-sia. Bahkan Paulus akhirnya
sangat memerlukan pelayanan Markus “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.
Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.”
(2 Timotius 4:11).
Jika diberi kesempatan menolong hidup seseorang,
bagaimana sikap kita terhadap kegagalannya? Ketika ia gagal, kita memilih
meninggalkan atau memberinya kesempatan? Perhatikan banyak orang yang hidupnya
berubah dan dipakai Allah justru ketika mereka mengalami anugerah berupa kesempatan
untuk belajar dari kesalahan. Kita bisa menjadi alat bagi anugerah Allah
tersebut.
Pengampunan dan kesempatan mencoba lagi kerap kali
menjadi jalan menuju perubahan yang berarti.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar