“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal
yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari
Roh.” (Roma 8:5)
Mungkin Anda pernah mengikuti seminar-seminar untuk melatih
pikiran. Para ahli mengklaim bahwa orang dapat lebih hidup lebih baik, lebih
sehat, lebih berhasil, jika pikiran kita positif. Pola berpikir orang-orang
yang sukses dipelajari agar dapat
ditiru, dan sukses mereka juga dialami. Banyak juga yang bahkan bersemangat
belajar cara mengendalikan pikiran orang lain.
Tampaknya Paulus juga berbicara tentang pengendalian pikiran
dalam Roma 8. Kata “keinginan” dalam bagian ini diterjemahkan dari kata Yunani
“phronema”, yg berarti cara pikir atau pikiran. Namun, Paulus tidak mendorong
jemaat Roma untuk mengikuti pola pikir mereka sendiri atau orang tertentu,
menurutnya, keinginan daging atau pikiran manusia tidak dapat diandalkan
“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan
damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah,
karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin
baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”
(Roma 8:6-8). Manusia hanya bisa berkenan pada Allah ketika melakukan keinginan
Roh Allah atau pikiran Allah, “Sebab mereka yang hidup menurut daging,
memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan
hal-hal yang dari Roh. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati;
tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan
hidup.” (Roma 8:5,13). Dan hal itu berarti hanya Roh Allah sendiri yang dapat
mengendalikan pikiran manusia untuk hidup menurut kehendak-Nya.
Pernahkah dua skenario berikut kita alami? Keduanya tampak
serupa, tetapi tidak sama. Kita melatih diri berpikir positif dengan metode
tertentu, lalu berdoa mohon Tuhan memberkati kita dalam melakukannya. Atau,
kita mengakui ketidakberdayaan kita, bersyukur atas kehadiran Roh Kudus, dan
mohon pengarahan-Nya. Yang pertama mengandalkan diri sendiri dan minta Tuhan
mengikuti. Yang kedua menempatkan diri dalam kesiapan dipimpin oleh Roh Allah,
karena percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh hidup, dan sadar bahwa hanya
Dialah yang bisa menuntun kita memikirkan kehendak-Nya. Manakah yang lebih
mewakili keyakinan dan sikap kita?
Hidup dipimpin Roh Allah berarti mempersilahkan Dia
mengganti pikiran-pikran kita dengan pikiran-pikran-Nya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar