Halaman

Sabtu, 20 Juli 2013

MENGEJAR KELEMAHLEMBUTAN




“Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” (1 Timotius 6:11)
Apa yang terlintas di pikiran Anda mendengar kata lemah lembut? Seorang yang feminim, gemulai dan bersuara halus? George Bethune pada tahun 1839 pernah menulis: “ mungkin tidak ada karunia yang lebih kurang didoakan atau diupayakan daripada karunia kelemahlembutan. Kelemahlembutan lebih dianggap sebagai kecendrungan alami atau sikap lahiriah daripada sebagai kualitas seorang pengikut Kristus. Jarang kita merenungkan bahwa lemah lembut itu berarti dosa.”
Mengejar kelemahlembutan rasanya tidak cocxok dengan konteks sebuah “pertandingan imana” dalam pesan Paulus yang kita baca “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.” Apa yang ia maksudkan? Paulus memakai kata “lemah lembut” untuk menggambarkan sikapnya yang meneladani Kristus ketika menegur jemaat Korintus “Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.” (2 Korintus 10:1-2). Ia menghindari perkataan keras dan kasar, dan sebaliknya berusaha meluruskan pendapat atau tindakan yang keliru dengan sikap yang penuh penghormatan kepada orang lain. Kata ini juga dipakainya untuk menunjukkan bagaimana jemaat harus menolong, bukan merendahkan atau menggosipkan, saudara seiman yang jatuh dalam dosa “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Galatia 6:1). Kalau kita perhatikan, nasihat-nasihat Paulus kepada Timotius juga berbicara tentang sikap yang demikian.
Jika orang terdekat Anda ditanya hari ini, akankah mereka mengatakan bahwa Anda adalah orang yang lemah lembut? Tuhan Yesus mengajak kita untuk belajar “lemah lembut” seperti diri-Nya “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Salah satu buah rindu yang dihasilkan Roh Kudus dalam hidup kita adalah kelemahlembutan. Mari berusaha “mengejar” karunia ini, mohon Tuhan menata perkataan dan perilaku kita seperti Kristus: penuh kelemahlembutan.
Kelemahlembutan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Ia dihasilkan oleh Roh Allah yang kuat dan menguatkan.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar