“Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”(Matius
5:44-45)
Yusuf
mengawali hidupnya sebagai pengadu dan pelagak dan tinggi hati. Namun ia tidak
tetap bersikap seperti itu. Ia belajar taat melalui penderitaan, dan dengan demikian
ia mengembangkan karakter yang diperlukannya untuk nantinya memerintah secara
efektif. Ia menjadi orang kedua yang paling berkuasa di muka bumi. Jika ia
memendam kepahitan, rasa tersinggung, sikap tidak mau mengampuni, dan kebencian
pada kakaknya, mudah saja baginya menjalankan pembalasan dendam. Ketika
kakaknya datang ke Mesir untuk mencari makanan pada saat kelaparan melanda
seluruh dunia. Ia dapat menyiksa dan bahkan membunuh mereka. Akan tetapi, Yusuf
justru berbuat sebaliknya. Ia memberi mereka gandum secara Cuma-Cuma dan tanah
terbaik di Mesir bagi keluarganya. Hati Yusuf telah diteguhkan, dikuatkan, dan
dimantapkan dengan karakter yang dewasa-karakter yang seperti Yesus Kristus.
Karena ia memberkati kakak-kakaknya yang mengutukinya dan berbuat baik kepada
mereka yang membencinya.
Mari
kita perhatikan baik-baik penutup nasehat Petrus:
“Lawanlah
dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh
dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala kasih karunia,
yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan
melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya.” (1 Petrus 5:9-10)
Allah
sumber segala kasih karunia....akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan
mengokohkan kamu. Itu empat (4) kata yang sangat kuat dan menjanjikan bagi Anda
dan saya.
1.
Melengkapi
(menyempurnakan) “memulihkan atau melengkapi melalui perbaikan, penyesuaian,
atau penisikan.”
2.
Meneguhkan
“mengencangkan, mengarahkan ke tujuan tertentu dengan gigih, memperbaiki,
meneguhkan, mendirikan dengan mantap.”
3.
Menguatkan
“meneguhkan atau menguatkan dalam pengetahuan dan kekuasaan rohani.”
4.
Mengokohkan
: meletakkan dasar untuk, benar-benar menegakkan sesuatu.”
Masing-masing
kata itu menggambarkan apa yang Allah kerjakan di dalam diri Yusuf saat
mempersiapkannya untuk memerintah. Ia diperbaiki dan ditisik, bukan lagi tukang
mengadu atau berlagak atau tinggi hati. Ia menjadi sangat kuat, diangkat oleh
anugerah Allah yang luar biasa ke tempat tujuan hidupnya. Ia menjadi kuat
secara rohani sehingga ia memberkati dan tidak mengutuki kakak-kakaknya.
Ketaatan yang tak kenal menyerah melalui situasi yang tampaknya tanpa
pengharapan membentuk hikmat, keberanian, dan karakter yang tak dapat
disangkal.
Mari
jadilah Anda dan saya untuk mengikuti keteladanan Yusuf dan tentunya Yesus agar
kita mampu mengarungi dunia yang kejam
ini dengan memiliki iman dan ketaatan yang tak kenal menyerah kepada Firman
Tuhan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar